Jumat, 10 Mei 2013

analisis teori kepribadian Geogre kelly


Teori Kepribadian George A. Kelly. 
             George A. Kelly lahir pada tanggal 28 april 1905 di Perth, Kansas. Ia mendapat gelar sarjananya di Friends University, Kansas, Park College di Missouri, lalu mendapat gelar pascasarjananya di University of Kansas, University of Minnesota, dan University of Edinburgh, kemudian mendapat gelar Ph.D.-nya dari State University of Iowa pada 1931. Dia membangun klinik keliling di Kansas, sebagai psikolog penerbang pada perang dunia II, dan pernah menjadi profesor psikologi di Ohio State University dan Brandeis University.
            George Kelly adalah orang yang menolak untuk menerima sesuatu secara hitam putih dan suatu yang pasti bernilai benar atau salah. Dia adalah orang yang senang mencoba pengalaman baru, menolak kebenaran yang absolut, dan karena itu merasa bebas untuk merekonstruk atau menginterpretasi fenomena, menantang konsep realitas objektif dan merasa bebas untuk bermain dalam dunia keyakinannya. Menurut pandangannya seorang manusia bebas untuk mengkonstruksi pemikiran dan pemahamannya tentang dunia sehingga menghasilkan sebuah interpretasi yang berdasar pada konstruk personal yang telah dibentuknya.
Sebelumnya teori George Kelly disebut dengan teori kognitif, teori perilaku, teori ekstensial, dan teori fenomenologi. Pada dasarnya pandangan Kelly terhadap kepribadian berbeda dengan cara pandang tokoh lain, Kelly lebih kompleks dalam perspektifnya hingga teori Kelly dapat disebut metateori atau teori mengenai teori-teori. Disebut sebagai metatori karena Kelly tidak menerima posisi Skinner yang mengatakan perilaku dibentuk oleh lingkungan atau kenyataan, tetapi ia juga menolak fenomenologi ekstrem yang mengatakan bahwa realita adalah dipersepsikan manusia. Maka lebih tepatnya Kelly menggabungkan keduanya. Manusia tidak hanya dibentuk oleh lingkungan tetapi juga dibentuk oleh pikirannya untuk menentukan perilakunya. Persepsi manusia mengenai realita diwarnai oleh konstruk personal manusia—atau cara manusia itu melihat, menjelaskan, dan menginterpretasikan kejadian dalam dunianya.
Teori yang dikemukakan Kelly biasa disebut teori Konstruk Personal. Kepribadian individu dapat dipahami dalam kerangka kumpulan konstruk personal yang digunakan untuk menginterpretasi dunia. Teori ini berfokus pada keunikan dan keberagaman interpretasi manusia pada tiap stimulus yang mereka dapat. Keberagaman interpretasi tersebut adalah bukti dari adanya konstruk-konstruk yang berbeda pada setiap manusia yang berisi pengetahuan mereka tentang dunia, sehingga dapat digunakan untuk menguasai pengetahuan baru.
            Kelly memulai dengan asumsi dasar bahwa semesta ini sebuah kenyataan sebagai suatu unit yang saling integral dan berkorelasi satu sama lain. Selain itu semesta bersifat fleksibel atau selalu berubah. Pikiran manusia juga bersifat nyata dan manusia berusaha menalari dunia yang selalu berubah. Orang yang berbeda melihat realitas dengan cara yang berbeda pula. Manusia mempunyai cara alternatif dalam melihat kenyataan. Kelly (1963) berasumsi“bahwa semua interpretasi di masa sekarang mengenai semesta dapat direvisi atau diganti.” Ia menyebut asumsi tersebut sebagai alternativisme konstruktif. Kelly yakin bahwa manusia yang menentukan masa depannya, bukan fakta. Fakta dan kenyataan tidak mendikte suatu kesimpulan, hanya membawa makna-makna untuk kita temukan.
            Adanya stimulus yang sama tidak akan menjamin munculnya interpretasi yang sama pula.  Konstruk personal yang dimiliki oleh manusia berisikan pengalaman dan pengetahuan tentang dunia yang telah melalui proses kognitif dan membentuk sebuah kategorisasi, attribusi, prediksi dan interpretasi pada setiap benda dan peristiwa yang ada di sekitarnya. Sistem konstruk personal ini memberikan manusia kebebasan untuk memutuskan dan membatasi tindakan, karena sistem tersebut mengizinkannya untuk berhadapan dengan makna peristiwa, dan terbatas karena dia tidak akan pernah bisa membuat pilihan diluar dunia alternative yang berasal dari dirinya sendiri (Kelly, 1958, lm.58).
Terbentuknya sebuah konstruk personal juga berguna bagi seseorang untuk dapat memprediksi sebuah peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa depan. Hal tersebut mungkin terjadi, karena sebuah kontruk personal adalah akumulasi dari pengalaman dan pengetahuan tentang dunia yang telah dia dapat. Menurut Kelly sebuah penalaran mendasari metafora yang merupakan jantung pandangan Kelly terhadap individu. Metafora tersebut adalah “orang sebagai ilmuan” (person as scientist). Jadi bagaimana seorang individu mengembangkan ide yang memungkinkannya untuk memprediksi peristiwa penting dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan orang sebagi ilmuwan memiliki dua konsekuensi lebih jauh. Pertama pandangan tersebut menyoroti fakta bahwa orang pada dasarnya berorientasi pada masa depan. Kedua adalah orang tersebut dapat mengadopsi beberapa teori yang berbeda untuk membuat tipe prediksi yang berbeda, maka demikian pula dengan orang awam. Jadi ada kemungkinan munculnya sebuah kontruksi alternatif di dalam konstruk personal manusia.
Struktur utama teori kepribadian .
Struktur utama dalam teori kepribadian Kelly adalah konstruk personal.Konstruk Personal merupakan cara seseorang menginterpretasikan dan menjelaskan dunia. Teori ini adalah mengenai konstruksi manusia terhadap peristiwa-peristiwa: yaitu pencarian pribadi mereka ke dalam dunia mereka (Feist, 2010:289). Melalui konstruk personal ini individu merasakan, menginterpretasikan dan memaknai peristiwa tersebut dan mengkategorikannya. Kelly percaya bahwa setiap orang akan melihatnya dengan cara yang berbeda-beda dan manusia juga selalu mempunyai cara alternatif dalam melihat sesuatu. Kelly (1963) berasumsi “bahwa semua interpretasi kita di masa sekarang mengenai semesta dapat direvisi atau diganti” dan asumsi ini ia sebut sebagai alternativisme konstruktif. Filosofi ini menyatakan bahwa fakta akan selalu terbuka terhadap banyak kemungkinan dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
            Dalam suatu peristiwa, paling tidak ada tiga elemen yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah konstruk. Dua dari elemen tersebut dipahami memiliki kemiripan satu sama lain, sedangkan elemen yang ketiga dipahami memiliki perbedaan dengan dua elemen yang lain. Dua elemen yang mirip tersebut membentuk konstruk similarity pole (kutub kemiripan), sedangkan elemen yang berbeda membentuk konstruk construct pole (kutub kontras). Hal ini menjelaskan bahwa konstruk tidak dapat terbentuk atau tidak dapat kita pahami jika hanya menggunakan salah satu kutub kemiripan atau kutub kontras saja. Selain itu, konstruk yang diterapkan oleh orang lain bisa diterapkan pada diri kita sendiri dan sebuah konstruk bersifat mungkin, tapi tidak harus ataupun pasti benar. Misalnya saja, seseorang tidak dapat menyebut laki-laki itu tampan tanpa membuat konstruk dimensi tampan dalam kehidupannya, dan konstruk tampan individu A bukan berarti adalah konstruk yang harus bagi orang lain (individu B).
            Ada dua tipe konstruk yang digunakan oleh Kelly untuk membahas elemen yang digunakan oleh orang lain sebagai sadar atau bawah sadar, yaitu;
a.       Konstruk verbal yang diekspresikan dalam kata
b.      Konstruk preverbal yang digunakan ketika orang tersebut tidak memiliki kata untuk mengekspresikannya. Konstruk ini dipelajari sebelum individu mengembangkan kemampuan bahasa.
            Tiap konstruk dalam sistem pada diri kita juga memiliki rentang kenyamanan dan fokus kenyamanan. Rentang kenyamanan adalah semua peristiwa dimana pengguna merasa aplikasi konstruk tersebut berguna. Fokus kenyamanan adalah semua peristiwa dimana aplikasi dari konstruk tersebut termanfaatkan secara penuh. Misalnya saja seperti konstruk menolong/tidak menolong yang bisa diaplikasikan pada situasi manapun yang memungkinkan untuk pertolongan itu dapat diberikan (rentang kenyamanan); dan akan sangat dibutuhkan dalam situasi tertentu seperti ketika kecelakaan (fokus kenyamanan).
            Menurut Kelly, manusia terus menerus membentuk pandangan mereka sendiri mengenai dunia (tidak bersifat statis). Beberapa orang mungkin tidak fleksibel dan jarang mengubah pandangan mereka itu. Hal ini bisa dijelaskan karena pada diri tiap individu pasti memiliki core construct (konstruk inti) yang menjadi fungsi dasar dan hanya akan dapat diubah dengan konsekuensi besar pada sistem konstruk yang tersisa; dan peripheral construct (konstruk pelengkap) yang tidak begitu mendasar dan dapat diubah tanpa modifikasi serius struktur inti.
            Sistem konstruk juga diorganisir dalam kerangka hierarki. Konstruk superordinat merupakan konstruk paling inklusif dan paling luas, seperti PLANTAE (tumbuhan). Konstruk superordinat ini berisi konstruk yang lebih sempit dan spesifik seperti pohon, rumput, bunga, dst. Konstruk tingkat menengah ini kemudian berisi banyak konstruk subordinat seperti mawar, pisang, singkong, pohon mangga, dst.
            Perlu disadari bahwa konstruk satu dengan yang lain saling berhubungan dan perilaku atau tindakan seseorang merupakan ekpresi dari suatu sistem konstruk, jadi tidak hanya sekedar ekspresi dari satu kontruk tunggal saja. Konstruk tersebut jugalah yang ia gunakan untuk memprediksi dan mengendalikan lingkungan sekitarnya. Konstruk yang dipakai oleh seseorang akan mendefinisikan dunianya. Oleh karena itu, dalam upaya memahami orang lain, maka kita harus memahami konstruk apa yang ia gunakan dan peristiwa apa yang tercakup dalam konstruk tersebut.

Asumsi Dasar.
Teori konstruk personal ini memiliki satu asumsi dasar dan sebelas konsekuensi pendukung. Asumsi dasar dari teori ini menyatakan bahwa “proses dari seseorang diarahkan melalui jalur-jalur psikologis oleh cara-cara ketika (orang tersebut) mengantisipasi peristiwa-peristiwa” (Feist, 2010:293). Asumsi ini tidaklah bersifat absolute, namun justru bersifat terbuka untuk dipertanyakan atau dikaji ulang.
            Kelly menjelaskan istilah proses dari seseorang merujuk pada manusia yang selalu berubah, hidup, dan bergerak. Kemudian istilah diarahkan melalui jalur-jalur menunjukkan bahwa manusia mengarahkan proses mereka pada suatu jalur, suatu tujuan, atau akhir. Lalu istilah cara-cara mengantisipasi peristiwa menjelaskan bahwa manusia mengarahkan tindakan mereka sesuai dengan prediksi atas masa depan.
Kasus Dalam Kehidupan sehari-hari.
            Dalam kasus sehari-hari kami tertarik mengusung kisah kehidupan yang dialami oleh presenter kondang disalah satu acara televisi swasta Soimah. Nama Soimah saat ini tidak lagi asing di telinga pemirsa Indonesia, Soimah bernama lengkap Soimah Pancawati. Semua dimulai saat soimah lahir pada tanggal 29 September 1980. Lahir di kampung nelayan daerah pesisir pantai utara pulau Jawa. Banyutowo, sebuah desa yang tenang dekat tempat pelelangan ikan, dan rumah hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai. Banyutowo berjarak 45 Km dari pusat kota Kabupaten Pati Jawa Tengah.
            Masa kecil Soimah Pancawati memang begitu disiplin dan keras. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Soimah Pancawati sudah membantu ibunya bekerja demi bisa bersekolah. Soimah Pancawati pernah menggendong es balok sejauh 200 meter, bekerja sampai malam, dan harus bangun pukul tiga pagi untuk membantu ibunya berdagang ikan di pasar.
            Sejak SD aku terbiasa tidak menerima uang jajan, jarak dari sekolah ke rumah cukup dekat, jadi kalau haus atau lapar tinggal pulang ke rumah. Tugas menggarami ikan, membolak-balik ikan yang sedang diasapi adalah bagianku, bahkan tanganku sampai merah karena sering terkena asap panas, badankupun setiap hari bau ikan. Aku juga menyiapkan potongan blarak (daun kelapa kering) untuk membungkus ikan pindang. Setiap hari aku bangun jam 3 pagi menyiapkan ikan untuk dijual ke pasar, dan paginya aku pergi ke sekolah, setelah pulang sekolah aku istirahat sebentar dan makan siang, kemudian kembali melakukan tugas rutinku bergelut dengan ikan dan asap sampai jam 11 malam. Aku tidak punya waktu bermain seperti teman-teman sebayaku, waktuku lebih banyak untuk bekerja membantu ibu mengolah ikan. Libur sekolah bukanlah hari istimewa buat aku dan saudaraku, tapi justru saat cuaca kurang baik dan nelayan tidak ada yang melaut, saatnya musim laut sepi, begitulah aku menyebutnya. Baru lah aku terbebas dari pekerjaan mengolah ikan, dan libur yang sebenarnya telah datang, aku bisa bermain sepuasku. Ibuku sangat galak, meskipun keluargaku tergolong hidup kecukupan untuk ukuran desaku, tapi Ibu mengajarkan aku dan semua saudaraku tentang perjuangan hidup dan mengisinya dengan kerja keras. Sekolah nomer dua, nomer satu adalah membantu orang tua, begitu cara ibu mendidik aku. Dirumah sudah ada pembagian tugas, mulai dari kerjaan dapur, nyapu, ngepel, dan cuci piring. Aku sudah terbiasa, dan itu kita lakukan secara bergiliran. Waktu itu aku masih SD, setiap ibu nonton tivi bareng aku, ibu selalu bilang “Mbok kowe ki mlebu tivi kuwi, dadi aku iso ndelok kowe” (Coba kamu itu masuk tivi seperti itu, jadi aku bisa lihat kamu). Aku selalu merasa ibuku jahat saat aku kecil, ibuku galak, aku harus bekerja keras disaat teman seusiaku asyik bermain. Tapi sebenarnya ada doa yang kuat, yang aku sadari justru setelah beliau sudah tidak ada Ungkap Soimah.
            Dari kecil Soimah Pancawati sudah diajarkan untuk mandiri. Setelah bergabung dalam komunitas seni dan mulai sering menerima panggilan manggung, Soimah Pancawati hijrah ke Yogyakarta. Selepas Sekolah Menengah Pertama, Soimah Pancawati tinggal bersama tantenya.
Awal perjalanan karir Soimah Pancawati adalah dengan mengikuti komunitas seni di Yogyakarta, seperti ketoprak dan Jogja Hip Hop Foundation misalnya. Soimah Pancawati sendiri mulai belajar seni sejak tahun 1995, Soimah Pancawati disekolahkan di SMKI oleh tantenya.
Perjalanan dalam seni ia rintis dengan masuk dalam grup wayang, Soimah belajar bernyanyi menjadi sinden dari panggung ke panggung dengan bayaran sebungkus nasi campur bahkan perna tidak dibayar. Dengan keadaan yang seperti ini Soimah tetap terus mebuatkan tekadnya untuk melanjutkan hidup dan menuntaskan pendidikan SMKnya.
Melalui Jogja Hip Hop Foundation Soimah Pancawati menjalani tur dunia untuk yang pertama kalinya, pada 14 Mei 2011 lalu, Soimah Pancawati bersama Jogja Hip Hop Foundation tampil di Asia Society di 725 Park Avenue, New York, Amerika Serikat. Penampilan mereka mendapat tanggapan bagus, rencananya tahun 2012 ia bersama anggotannya akan manggung sebulan di Amerika untuk tur di 10 kota.
Sekarang Soimah Pancawati menjadi pelawak di acara, SKS (Saatnya Kita Sahur), Comedy Project, Show Imah di stasiun TV “Trans Tv”, ia pernah menjadi presenter acara Segerrr, Sedap Malam, di stasiun TV “ANTV”.
Analisis kasus kehidupan Soimah.
            Keadaan Soimah yang berada dalam keadaan yang dapat dikatogorikan cukup di lingkungan ia hidup. Tidak membuat keluarga besar Soimah hidup enak. Sang ibu mengajarkan kepada anaknya bahwa hidup itu harus berjuang. Dalam keadaan ini Soimah melakukan  konstruk personalnya membentuk pola tindakannya selanjutnya. Hal ini ditunjukan pada kegiatan yang dilakukan oleh Soimah dalam melakukan aktifitasnya seperti yang telah dikutip  dari SD Soimah tidak perna mendapatkan uang saku, untuk mendapatkan uang Soimah melakukan konstruk personalnya ia mampu mengintreprestasikan keadaan dan mengambil sebuah tindakan dari lingkungan yang telah membentuknya, ia mengambil tindakan untuk berjualan ikan, ia bangun lebih awal dari teman-teman sebayanya untuk membantu menjual ikan. Selain menjual ikan,ketika berangkat sekolah Soimah membawa es batu balok untuk dijualnya dikantin sekolah segala aktifitas yang ditekuni Soimah semata-mata untuk dapat memenuhi kebutuhan uang pribadinya. Kelly percaya bahwa setiap orang akan melihatnya dengan cara yang berbeda-beda dan manusia juga selalu mempunyai cara alternatif dalam melihat sesuatu hal. Seperti yang dinyatakan oleh Kelly bahwa konstruk personal akan membentuk perilaku seseorang dengan dasar antisipasi dari kejadian. tidak diberi saku oleh ibunya, Soimah merasa lebih nyaman ketika bisa memenuhi kebutuhan uang sakunya sendiri daripada meminta pada ibunya. Soimah tidak akan mungkin mandiri ketika ia merasakan segala kebutuhannya telah terpenuhi oleh kedua orangtuanya.
            konstruk personalnya membentuk pola tindakannya selanjutnya yang dilakukan oleh Soimah dapat didefinisikan dengan jelas. Misalnya dari Soimah telah mampu melangkah kemana akan ia teruskan hidupnya. ketika hobi menyanyinya telah didukung oleh ibunya Soimah semakin tertarik dalam kehidupan seni. Karena Soimah mengintreprestasikan bahwa ia dapat berhasil di dunia seni ketika ia harus meninggalkan desa dan bergabung dengan seniman-seniman kota yang membuatnya lebih banyak mencari informasi untuk dunia seni yang akan ia geluti. Konstruk tersebut mungkin saja akurat ataupun tidak akurat, sehingga Soimah mencoba meningkatkan akurasi prediksinya dengan meningkatkan informasinya bergabung di SMKI, dan bergabung di Jogja Hip Hop Foundation.  Soimah melakukan validitas atas konstruk personalnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam teori konstruk personal Kelly bahwa semua orang berusaha untuk melakukan validitas atas konstruk mereka, sehingga mereka akan mencari pola yang sesuai dengan lingkungannya.
            Asumsi dasar dari teori Kelly mengindikasikan bahwa manusia mengarahkan tindakan mereka sesuai dengan prediksi mereka atas masa depan, pandangan kita di masa kini mengenai masa depan yang membentuk tindakan kita. Soimah meninggalkan kampong halamannya dan berhijrah ke kota Jogjakarta. bukan karena pada masa kecilnya Ia selalu hidup melarat di kampung tapi ia melihat ada potensi seni yang ada pada dirinya untuk digali ia percaya bahwa ia akan menjadi bintang yang besar dengan ia tau bagaimana menggali potensinya. Salah satu dari konsekuensi pendukung dari asumsi dasar Kelly adalahkonsekuensi konstruksi yang menyatakan bahwa “seseorang mengantisipasi kejadian dengan mengkontruksikan replikasi mereka” (Kelly, 1955; 50),
            Dalam menjalani kehidupan banyak segala rintangan Soimah yang membuat ia harus bertahan dengan keadaan yag telah ia jalani ia perna merasakan tidak diberi upah bahkan jatuh bangunya merintis karir ia jalani dengan tegar. Seperti yang dinyatakan Kelly dalam konsekuensi pengalaman dan modulasi, dimana semua rang melakukan perubahan atau penyesuaian dari konstruk personal mereka.
            Konsekuensi sosial Kelly mengindikasikan bahwa manusia secara aktif terlibat dalam hubungan antarpribadi dan menyadari bahwa mereka adalah bagian dari sistem kontruksi orang lain dan adanya pandangan peran

SINTA LUCKYEDI 115120300111003

Sabtu, 04 Mei 2013

teori belajar THRONDIKE


I.                 Pendahuluan
Thorndike adalah ilmuwan psikologi yang membahas tentang bagaimana proses belajar yang terjadi pada individu. Dengan melalui exsperimen nya thorndike meneliti tingkah  beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, dan burung. Yang mencerminkan  prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh Thorndike yaitu bahwa dasar dari belajar  (learning) tidak lain sebenaranya adalah asosiasi, suatu stimulus akan menimbulkan suatu respon tertentu.
II.               Tujuan Pembelajaran
1.      Mengetahui bagaimana teori belajar thorndike
2.      Diharapkan mahasiswa memahami kelebihan dari teori belajar thorndike

III.              Metode Pembelajaran

1.      Diskusi kelompok
2.      Presentasi kelompok
3.      Evaluasi hasil presentasi

IV.              Sub Tema
1.      Biografi Edward Lee Thorndike
2.      Konsep teoritis utama
3.      Thorndike sebelum 1930
4.      Thorndike pasca 1930
5.      Daftar pustaka

V.               Uraian Materi

1.      Biografi Edward Lee Thorndike
Thorndike lahir pada 1874 di Wiliamsburg,Massachuttes, putra kedua dari seorang pendeta Methodis. Dia mengatakan belum perna mendengar atau melihat kata psikologi. Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements(1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921), Your City(1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Edward lee thorndike meski secara teknis seorang fungsionalis, namun ia telah membentuk tahapan behaviorisme Rusia dalam versi Amerika. Thorndike (1874-1949) mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada tahun 1895, dan Master dari Hardvard pada tahun 1897. Ketika disana, dia mengikuti kelasnya Williyams James dan merekapun cepat menjadi akrab. Dia menerima beasiswa di Colombia, dan mendapatkan gelar PhD-nya tahun 1898. Kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pension pada tahun 1940. Dan dia menerbitkan suatu buku yang berjudul “Animal intelligence, An experimental study of associationprocess in Animal”. 

2.      Konsep teoritis utama
2.1   Koneksionisme
            Thorndike menyebut asosiasi antara kesan dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan / kaitan atau koneksi. Cabang – cabang asosiasionisme sebelumnya telah berusaha menunjukkan bagaimana ide-ide menjadi saling terkait. Teori thorndike cukup berbeda dan dapat dikatakan sebagai teori belajar modern pertama.
2.2  Pemilihan dan Pengaitan
            Menurut Thorndike bentuk paling dasar dari proses belajar adalah trial-and-eror learning ( belajar uji coba ), atau disebut juga sebagai selecting and connecting ( pemilihan dan pengaitan ). Dia mendapatkan ide dasar melalui eksperimen awalnya, dengan memasukkan kucing sebagai hewan percobaanya yang dimasukkan di dalam box yang sudah di rancang demikian rupa.  Box ini disebut dengan puzzle box.
http://suryapuspita.files.wordpress.com/2012/04/percobaan-thorndike.jpg?w=645
Gambar 2.1 puzzle box
Gambar 2.1 yakni sebuah kotak kerangkeng kecil dengan satu galah yang diletakkan di tengah atau sebuah rantai yang digantung dari atas. Hewan dapat keluar dengan mendorong galah atau menarik rantai tersebut. Namun ada tata situasi yang mengharuskan hewan melakukan respon yang komplek sebelum ia keluar dari kotak. Dari exsperimen ini throndike menyebut waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai fungsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan masalah.untuk itu thorndike konsisten dalam mencatat waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
            Hasil dari pencatatan waktu untuk mendapatkan solusi untuk memecahkan masalah, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar bersifat incremental/ bertahap, bukan insightful ( langsung pada pengertian ). Dengan kata lain belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dalam langkah kecil secara bertahap dan sistematis, bukan langsung memahami pengertian mendalam. Berdasar kan risetnya Thorndike (1898) dalam B.R Hergenhan (2008). Menyimpulkan bahwa belajar bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran.
3.     Thorndike Sebelum 1930
Pemikiran thorndike dibagi menjadi dua bagian pertama adalah pemikiran sebelum tahun 1930 dan kedua pasca 1930.
3.1  Hukum kesiapan
Law of readiness (hukum kesiapan) Thorndike  dalam B.R hergenhan (2008). Mengandung tiga bagian ,yang diringkas sebagai berikut :
1.     Apabila satu unit konduksi siap menyalurkan ( to conduct), maka penyaluran dengannya akan memuaskan.
2.     Apabila satu unit konduksi siap untuk menyalurkan, maka tidak tersalurkan akan menjengkelkan.
3.     Apabila satu unit konduksi belum siap menyalurkan dan dipaksa untuk menyalurkan maka akan menjengkelkan.
Jadi sebenarnya readiness Throndike dalam Sumadi Suryabrata (2008) adalah persiapan untuk bertindak,ready to act. Throndike memberikan ilustrasi mengenai hukum tersebut demikian :
·       Hewan mengejar mangsanya, siap untuk menerkam dan memakannya
·       Seorang anak melihat sesuatu barang yang sangat menarik dikejahuan,siap untuk menghampirinya,memegangnya dan mempermainkanya.
Secara umum kita bisa mengatakan bahwa mengintervensi perilaku yang bertujuan akan menyebabkan frustasi, dan menyebabkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan maka akan membuat mereka frustasi.
3.2  Hukum Latihan
Sebelum 1930, teori throndike mencakup hukum law of exercise yang terdiri dari dua bagian :
1.     Koneksi antara stimulus dan respon akan menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata lain  mereka melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respon akan memperkuat koneksi antara keduanya. Bagian ini disebut dengaan law of use ( hukum pengunaan).
2.     Koneksi antara situasi dan respon akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau tidak digunakan. Bagian ini disebut dengan law of disuse ( hukum ketidakgunaan)
Inti dari hukum latihan ini menyatakan bahwa kita belajar dengan berbuat dan lupa karena tidak berbuat.
3.3  Hukum Efek
Hukum ini menunjukkan pada semakin kuat atau semakin lemahnya koneksi sebagai akibat dari hasil perbuatan yang dilakukan. Apabila disederhanakan, maka hukum ini akan dapat dirumuskan demikian: “suatu perbuatan yang disertai atau diikuti oleh akibat yang enak (memuaskan/ menyenangkan) cenderung untuk dipertahankan dan lain kali diulangi, sedang suatu perbuatan yang disertai atu diikuti oleh akibat yang tidak enak (tidak menyenangkan) cenderung untuk dihentikan dan lain kali tidak diulangi”
Throndike dalam sumadi suryabrata (2008) menjelaskan ketiga hukum yang telah dikemukakan itu adalah hukum poko atau hukum primer. Thorndike mengemukakan pula lima macam hukum-hukum subside atau hukum minor ( subsidiary laws,minor laws) kelima hukum subside tersebut merupakan prinsip yan penting dalam proses belajar,akan tetapi tidak sepenting hukum primer adapun kelima hukum subside tersebut adalah :
1.     Law of multiple respon
2.     Law of attidute
3.     Law of respon by analogy
4.     Law of partical activity
5.     Law of associative shifiting

4.      Thorndike pasca 1930
5.1   Revisi Hukum Latihan
               Throndike dalam B.R hergenhan (2008) mengemukakan  bahwa menghukum suatu respon ternyata tidak ada efeknya terhadap kekuatan koneksi. Revisi hukum efek menyatakan bahwa penguatan akan meningkatkan strength of connection ,sedangkan hukuman tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap kekuatan koneksi.
5.2  Belongingness
Throndike mengamati bahwa dalam proses belajar asosiasi ada faktor selain kontinguritas dan hukum efek . jika elemen-elemen dari asosiasi dimiliki bersama, asosiasi diantara mereka akan dipelajari dan dipertahankan
5.3   penyebaran efek
sesudah tahun 1930, Thorndike menambahkan teoritis lainya yang disebut nya sebagai spread of effect ( penyebaran efek ). Selama eksperimennya, throndike secara tak sengaja menemukan bahwa keadaan yang memuaskan bukan hanya menambah probalitas terulangnya respon yang mengasilkan keadaan memuaskan tersebut tetapi juga meningkatkan probalitas terulangya respon yang mengitari respon yang diperkuat itu.
Daftar pustaka
Sumadi, Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.2008
B.R Hergenhahn&Matthew, Theories Of Learning, Jakarta : Kencana, 2008.


teori belajar Pavlov


I.                 Pendahuluan

Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengalaman. perubahan Anak yang merasa ketakutan ketika berjalan sendiri pada malam hari merupakan hasil dari belajar anak telah belajar menghubungkan kegelapan dengan suatu keadaan yang menyeramkan. Reaksi ini dapat diperoleh secara tidak sadar maupun secara sadar dan juga dapat diperoleh dari hasil belajar.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan.
II.               Tujuan pembelajaran.

III.              Metode Pembelajaran

1.      Penjelasan di kelas ( ceramah)
2.      Diskusi kelompok

IV.             Sub Tema

1.      Biografi Ivan Petrovich Pavlov
2.      Observasi Empiris
3.      Konsep teoritis Utama
4.      Perbandingan Pengkondisian klasik dan instrumental

V.               Uraian materi
1.      Biografi Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
Pada tahun 1883 ia mendapat gelar Ph.D setelah mempertahankan thesisnya mengenai fungsi otot-otot jantung. Kemudian selama dua tahun ia belejara di Leipzig dan Breslau. Pada tahun 1890 ia menjadi profesor dalam farmakologi di Akademi Kedokteran Militer di St. Petersburg dan direktur Departemen Ilmu Faal di Institut of Experimental Medicine di St. Petersburg. Penemuan Pavlov sangat menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya tentang refleks berkondisi (“conditional reflex”). Dengan penemuaanya ini Pavlov meletakan dasar-dasar behaviorisme, sekaligus meletakan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Bahkan American Psychological Association (APA) mengakui bahwa Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern di samping Freud.
Pada 1904, Ivan P.Paplov memenangkan Hadiah Nobel di bidang Psikologi dan Kedokteran atas karyanya mengenai pencernaan. Dalam penelitiannyaia menjalankan operasi yang cukup rumit , membuka lambung seekor anjing melalui dinding perutnya. Ia mengamati bahwa muncul kelenjar (sekresi) dalam  perut pertama-tama dipicu bukan karena adanya makanan yang memasuki perut melainkan karena anjing tersebut  mengunyah atau melihat makanan, dan disini ia menacatat bagaimanasekresi antisipatoris ini menunjukkan aspek paling menarik dari proses pencernaan. Untuk mempelajari hal itu ia pun berfokus pada bagian lain dari pencernaan anjing.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini, eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.
Ia meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Ia tidak pernah memiliki hambatan serius dalam sepanjang kariernya meskipun terjadi kekacauan dalam revolusi rusia.

2.      Observasi Empiris.
2.1  Perkembangan Refleks yang Dikondisikan

               Pavlov, dalam B.R Hergenhahn (2008) istilah pengondisian pavlovian dan pengkondisian klasik adalah sama.
Dalam eksperimennya, Pavlov mengguanakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioned stimuls (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response(CS), dan unconditioned response(UCR). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respon yang dipelajari, sedangkan respon  yang dipelajari itu sendiri disebut CR. Adapun UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respon yang tidak dipelajari, dan respon yang tidak dipelajari itu disebut UCR.
            Anjing percobaan itu mula-mula diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil. Perlu diketahui bahwa sebelum dilatih (dikenai eksperimen), secara alami anjing itu selalu mengeluarkan air liur setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika bel dibunyikan, secara alami pula anjng itu menunjukan reaksinya yang relevan, yakni tidak mengeluarkan air liur.
            Kemudian dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS) bersama-sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS) setelah latihan yang berulang-ulang ini selesai, suara bel tadi (CS) diperdengarkan lagi tanpa dusertai makanan (UCS). Apa yang terjadi ? ternyata anjing percobaan tadi mengeluarkan air liur juga (CR), meskipun hanya mendengarkan suara bel (CS). Jadi,CS akan menghasilkan CR apabila CS dan UCS telah berkali-kali dihadirkan bersama-sama.
Eksperimen pembiasaan klasik
Sebelum eksperimen
Pemberian makanan (UCS)                   air liur keluar (CR)
Bunyi bel                   (CS)                    tidak ada respon
Eksperimen / Latihan
Bunyi bel                (CS)                       pemberian makanan (UCS)
Setelah eksperimen
Bunyi bel                (CS)                       air liur keluar (CR)
Berdasarkan eksperimen di atas, semakin jelaslah bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dengan respon. Kesimpulan yang dapat kita tarik dari hasil eksperimen Pavlov adalah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini CR.



Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.

2.2  Pelenyapan Eksperimental

            Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction  atau penghapusan

2.3   Generalisasi
               conditioned response ini juga dapat dikenakan pada kejadian lain,  namun situasinya yang mirip. Inilah yang dikenal dengan generalisasi  stimulus atau generalisas. Misal Misalnya, pemuda yang mencintai seorang gadis, dan ia  merasa bahagia jika bertemu dengan gadis tersebut. Pada saat ia mengetahui  bahwa gadis yang dicintainya menyukai warna pink, maka ia akan merasa bahagia  ketika menjumpai benda-benda apa saja yang berwarna pink.
2.4  Diskriminasi
Lawan dari generalisasi adalah discrimination. Generalisasi merujuk pada tadensi untuk merespon sejumlah stimuli yang terkait denganr espon yang dipakai selama training. Diskriminasi di lain pihak mengacu pada tadensi untuk merespon sederetan stimuli yang amat terbatas atau hanya stimuli yang digunakan selama training saja.
3.      Konsep Teoritis Utama
3.1  Eksitasi ( kegairahan ) dan Hambatan

Menurut Pavlov, dua proses dasar yang mengatur semua aktifitas sistem saraf sentral adalah excatation ( eksitasi ) dan inhibition ( hambatan). Pavlov dalam B.R Hergenhahn (2008) berspekulasi bahwa setiap kejadian dilingkungan berhubungan dengan beberapa titik di otak dan kejadian  yang dialami, ia cenderung menggairahkan atau menghambat aktivitas otak. Jadi,otak terus menerus dirangsang atau dihambat tergantung apa yang dialami oleh organism. Pola eksitasi dan hambatan yang menjadi karakteristik otak ini oleh Pavlov disebut dengan cortail mosaic. Cortail mosaic pada satu momen akan menentukan bagaimana organism merespon lingkungan. Setelah itu lingkungan ekternal atau internal berubah, mosaic kortail akan berubah dan perilaku juga berubah.
3.2  Stereotip Dinamis
Ketika kejadian terjadi secara konsisten dalam suatu lingkungan, mereka akan memiliki representasi neurologis dan respon terhadap mereka akan lebih mungkin terjadi akan lebih efisien. Jadi respon terhadap lingkungan yang sudah dikenal akan semakin cepat dan otomatis. Ketika ini terjadi dynamic stereotype. Secara garis besar, stereotip dinamis adalah mosaic kortail yang menjadi stabil karena organism berada dalam lingkungan yang dapat dipredeksi selama periode waktu tertentu.
3.3  Iradiasi dan konsentrasi
Pavlov menggunakan istilah analyser. Suatu analyser terdiri dari reseptor indrawi jalur sensoris dari reseptor ke otak dan area otak yang diproyeksi oleh aktivitas sensoris. Informasi sensoris diproyeksikan kebeberapa area otak akan menimbulkan eksitasi diarea itu. Iradiasi ekstansi dengan kata lain eksitansi ini akan meluber ke area otak lain didekatnya. Pavlov mengasumsikan bahwa eksitasi akan hilang karena jarak. Selain hipotesis bahwa eksitasi meluber dan menyebar, kedaerah sekitarnya, Pavlov juga menunjukkan, melalui generalisasi bahwa hambatan juga meluber.
Pavlov juga menemukan bahwa konsentrasi,sebuah proses yang berlawanan dengan iradiasi,mengatur eksitas dan hambatan. Dia menegaskan bahwa dalam situasi tertentu baik itu eksitasi maupun hambatan dikonsentrasikan pada area spesifik di otak. Proses iradisi ini dipakai untuk menjelaskan generalisasi,sedangkan proses konsentrasi dipakai untuk menjelaskan diskriminasi.

4.       Perbandingan Pengkondisian klasik dan Instrumental
Jenis pengkondisian yang dipelajari Throndike kini dinamakan pengkondisian instrumental karena respon yang diamati adalah amat penting ( bersifat instrumental ) untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan (penguatan). Dalam pengondisian instrumental setiap respon yang menghasilkan penguatan akan diulang dan penguat adalah sesuatu yang diinginkan hewan
Pengkondisian klasik menimbulkan respon dari hewan, dan pengondisian instrumental akan tergantung pada respon yang diberikan hewan. Pengkondisian klasik dapat dikatakan bersifat tidak sukarela dan otomatis, pengkondisian bersifat instrumental bersifat sukarela dan dikontrol hewan.
Fungsi penguatan juga berbeda untuk pengondisian klasik dan instrumental. Untuk pengkondisian instrumental,penguatan dihadirkan kepada hewan setelah respon dibuat. Untuk pengkondisian klasik, penguat (US) disajikan untuk menimbulkan respon.

Daftar pustaka
B.R Hergenhahn&Matthew, Theories Of Learning, Jakarta : Kencana, 2008.




Jumat, 03 Mei 2013

Contoh observasi narrative recording


INTENSITAS PERILAKU MEROKOK PADA PEREMPUAN DITINJAU DARI SEBERAPA BANYAK ROKOK YANG DIKONSUMSI DALAM SEHARI
Apa yang akan diobservasi ?
Disini observer mencoba untuk mengobservasi intensitas perilaku merokok pada perempuan, yang dilihat dari seberapa banyak observee mengkonsumsi rokok dalam sehari.
Studi literatur
Merokok.
      Pengertian perilaku merokok, banyak ahli yang sudah mengemukakan teori tentang perilaku merokok. Saat ini merokok merupakan kebiasaan yang umum dilakukan oleh semua orang termasuk perempuan. Perokok biasanya berasal dari berbagai kalangan dan umur, hal ini disebabakan karena rokok dapat dengan mudah diperoleh dimana saja, sedangkan definisi rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut daun nipah atau kertas (Poerwadaminta, 2005).
      Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh kemudian menghembuskan kembali keluar (Armstrong, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang – orang disekitarnya (Levy,2004).
Menurut (Komasari 2008) tipe perokok dapat diklasifikasikan menjadi 3 menurut jumlah rokok yang dihisap, antara lain:
1.      Perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2.      Perokok sedang menghisap lebih dari 5 -14 batang rokok dalam sehari.
3.      Perokok ringan menghisap lebih dari 1 -4 batang rokok dalam sehari .

Tempat merokok Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua (Mu’tadin, 2002) 
a)      Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik
1.       Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
2.       Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll)

b)      Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
1.      Kantor atau di kamar tidur pribadi.
Perokok memilih tempat-tempat seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

Waktu merokok
Menurut Presty remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahi orang tua, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek dari perilaku merokok yaitu fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari, intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok.

ROKOK
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rostica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007). Rokok berisi daun – daun tembakau yang telah dicacah, ditambah sedikit racikan seperti cengkeh, saus rokok, serta racikan lainnya. Untuk menikmati sebatang rokok perlu dilakukan pembakaran pada salah satu ujungnya agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lain (Triswanto, 2007).
Rokok mengandung zat psikoaktif yaitu nikotin yang memberikan perasaan nikmat, rasa nyaman, fit dan meningkatkan produktivitas. Perokok akan menjadi ketagihan karena nikotin bersifat adikif. Bila kebiasaan merokok dihentikan dalam waktu tertentu, perokok akan mengalami withdrawal effect atau sakau, sebab rokok adalah narkoba (Partodiharjo, 2007).

Intensitas perilaku
Menurut Irawati (2003), intensitas merupakan kuantitas suatu usaha seseorang atau individu dalam melakukan tindakan. Seseorang yang melakukan suatu usaha tertentu memiliki jumlah, pada pola tindakan dan perilaku yang sama, yang didalamnya adalah usaha tertentu dari orang tersebut untuk mendapatkan pemuasan kebutuhannya.

Where.
Observasi ini kami lakukakan di tempat tinggal  dan tempat nongkrong observee. Dengan begitu. Kami dapat melihat langsung seberapa banyak batang rokok yang telah dikonsumsinya dalam waktu yang telah kami tentukan. observesi yang dilakukan disini bersifat observasi partisipan, sehingga observe tidak merasa bahwa dirinya sedang di observasi.

How.
Disini untuk mendukung berjalannya observasi dengan baik, maka dibutuhkan alat bantu berupa kamera, kamera akan membantu untuk mendokumentasikan apa saja yang terjadi pada saat dilakukannya observasi, dan juga kamera disini diharapkan juga dapat digunakan untuk merekam apa yang terjadi pada saat observasi berlangsung

When.
Observasi ini kami lakukan pada hari selasa, terdapat 3 sesi yaitu :
1.      Pagi hari dari jam 07.00 – 09.00
2.      Siang hari dari jam 12.00 – 15.00
3.      Malam hari dari jam 20.00 – 22.00

Tujuan observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui intensitas perilaku merokok pada perempuan dan seberapa banyak rokok yang dikonsumsi dalam sehari. Selain itu observasi ini dilakukan untuk mengetahui sisi negative yang muncul pada diri subjek karena merokok. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan subjek.

Aspek Dan Indikator
               Ada tiga indikator yang biasanya muncul pada perokok, yaitu aktivitas fisik, aktivitas psikologis, dan intensitas merokok cukup tinggi.
1.      Aktivitas Fisik, merupakan perilaku yang ditampakkan individu saat merokok. Perilaku ini berupa keadaan individu berada pada kondisi memegang rokok, menghisap rokok, dan menghembuskan asap rokok.
2.      Aktivitas Psikologis, merupakan aktivitas yang muncul bersamaan dengan aktivitas fisik. Aktivitas psikologis berupa asosiasi individu terhadap rokok yang dihisap yang dianggap mampu meningkatkan : a) Daya konsentrasi, b) Memperlancar kemampuan pemecahan masalah, c) meredakan ketegangan, d) Meningkatkan kepercayaan diri, e) Penghalau kesepian f) menenangkan pikiran dan menghilangkan stress.
3.      Intensitas merokok cukup tinggi , yaitu seberapa sering atau seberapa banyak rokok yang dihisap dalam sehari .
Tiga aktivitas tersebut cenderung muncul secara bersamaan walaupun hanya satu atau dua aktivitas psikologis yang menyertainya. Aspek-aspek dari perilaku merokok yaitu fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari, intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok.

Metode recording observasi
Narrative recording
         Observasi ini kami lakukan dengan mengunjungi tempat kos observe yang beralamatkan jalan candi sari III / 18. Obeservasi kami lakukan pada hari selasa dengan tiga step yang telah dibagi. Step pertama kami mengobservasi pada pukul 07.00 – 09.00. Tepat pukul 07.00 keadaan kos masih cukup sepi, hanya ada 2 anak yang mengerjakan tugas diruang tengah. Subyek yang kami observasi hingga pukul 07.15 belum juga keluar dari kamarnya. Hingga tepat pada pukul 07.30 subyek yang kami tuju keluar dari kamarnya, dengan menggunakan kaos putih dan celana pendek dengan rambut yang terurai panjang ia menuju kamar mandi. Setelah dari kamar mandi subyek kembali masuk dalam kamar. Pukul 07.40 subyek kembali keluar kamar dengan asbak dan rokok digengaman tangan. Sembari mengambil posisi diruang tamu subyek memainkan musik yang terdapat pada handphonenya. Setelah musik terdengar subyek mulai membuka bungkus rokok dengan merk mild mentol yang bertulisan warna hijau. Tepat pada pukul 07.44 subyek mengonsumsi 1 batang rokok. Dengan ditemani lantunan music yang keluar dari handphonenya subyek kembali mengonsumsi 1 batang rokok pada pukul 08.11, setelah batang rokok kedua habis, subyek bergeges kembali kekamar mandi. Keluar dari kamar mandi subyek menuju dapur untuk mengambil makanan. Dari arah dapur subyek membawa 1 piring yang berisikan nasi dengan lauk sosis goreng serta air minum satu gelas menuju ke ruang tamu. Subyek makan di kursi ruang tamu. Setelah makan tepat pada pukul 08.50 subyek kembali mengonsumsi 1 batang rokok. Hingga pukul 09.00 hanya 3 batang rokok yang telah dikonsumsi oleh subyek.

Step ke dua
Kembali kami berkunjung ke kos subyek, observasi pada step kedua kami mulai dari pukul 12.00-15.00. Pada pukul 12.00 kondisi kos cukup ramai terjadi aktifitas ruang tengah yang dilakukan oleh 4 anak kos. Karena subyek tidak berada dilokasi kami menunggu sembari menonton tv diruang tengah dengan anak kos (rekan subyek). Pukul 12.20 terdengar suara pagar terbuka, selanjutnya diikuti dengan suara gas sepeda motor. Dengan menggunakan baju kemeja putri warna pink dan celana jeans serta tas samping, subyek membuka pintu ruang tamu. Tak lama setelah itu subyek duduk diruang tamu dan mengambil rokok yang ia letakkan di meja ruang tamu. Pukul 12.27 subyek mengonsumsi satu batang rokok. Setelah habis subyek bergegas masuk kamar. Pukul 12.55 subyek kembali keluar kamar dengan menggunakan kaos putih dengan rok panjang santai bermotif batik selanjutnya subyek melakukan percakapan dengan teman kos di ruang tengah. Tak lama subyek berdiri dan berlari menuju ruang tamu untuk mengambil rokok dan asbak lalu kembali ke ruang tengah melakukan percakapan dengan teman kos. Ditengah tengah melakukan percakapan subyek kembali mengambil satu batang rokok tepat pukul 13.08 subyek mengonsumsi satu batang rokok. percakapan masih berlanjut hingga waktu menunjukkan pukul 13.15. Tepat pukul 13.20 subyek kembali mengonsumsi satu batang rokok. percakapan terhenti ketika handphone subyek berdering. Dengan segera subyek bangkit dari posisinya mengambil handphone dan berlari ke ruang tamu. Ketika pukul 13.29 subyek beranjak dari posisinya menuju ruang tengah, dari arah ruang tengah subyek kembali ke ruang tamu dengan asbak dan rokok ditangan kanan, tangan kiri memegangi hp. Pukul 13.33 subyek mengkonsumsi satu batang rokok dengan tangan satu memegang hp, dan tangan satu menyelakan korek api. Percakapan melalui handphone pun berhenti bersamaan ketika subyek memadamkan rokoknya, pada pukul 13.58. Setelah menutup teleponnya subyek bergegas menuju dapur, dari arah dapur subyek membawa satu botol air putih dan kembali duduk di ruang tamu. Subyek memainkan musik pada handphonenya sembari menikmati air putih. Hingga pukul 14.11 subyek tidak lagi mengonsumsi rokoknya. Tepat pada pukul 14.55 subyek kembali mengkonsumsi satu batang rokok sambil mendengarkan lantunan musik yang keluar dari handphonenya.
Pada step kedua yang terjadi pada pukul 12.00 sampai 15.00 subyek terhitung telah mengonsumsi 5 batang rokok.


Step 3
Observasi kembali lakukakan pada step tiga dimulai pada pukul 20.00 hingga 22.00 .
Dari sore kami sengaja untuk tetap di tempat kos subyek hingga malam hari hingga waktu menunjukkan pukul 20.00. Pada pukul 20.00 subyek tidak memperlihatkan perilaku merokoknya, subyek hanya sibuk bercengkrama dengan teman satu kos. Hingga waktu menunjukkan pukul 20.11 subyek masih melihat TV diruang tengah dan mengobrol dengan teman kos. Pukul 20.20 subyek bergegas mengambil handphone yang berbunyi, tak lama dari itu subyek mengajak salah satu tim dari kelompok kami untuk menemani nongkrong. Pukul 20.40 subyek pergi bersama sinta tim dari kelompok kami menggunakan sepeda motor vario. Hasil laporan dari sinta selama subyek berada diluar rumah, subyek dan tim pergi mencari makan dim-sum di kawasan kantin lama brawijaya. Dengan menggunakan kemeja lengan panjang warna biru serta celana jens warna biru tua subyek bertemu dan ngobrol dengan rekan sefakultasnya. Selama makan dan ngobrol dengan temannya subyek tidak nampak menunjukkan aktifitas mengonsumsi rokok. pukul 21.22 tim dan subyek kembali pulang ke tempat kos subyek. Masuk kos subyek bergegas masuk kamar, dari arah kamar subyek keluar dengan satu batang rokok yang telah menyala di tangan kanannya menuju ruang tamu. Sembari menikmati satu batang rokok ditangannya subyek memainkan hpnya.
Hingga pukul 22.00 subyek hanya mengkonsumsi satu batang rokok saja.

INTERVAL RECORDING .

 Step Pertama
Jam
Merokok
Tidak Merokok
Jumlah rokok yang di konsumsi
07.00 – 07.30

0
07.30 – 08.00

1
08.00 – 08.30

1
08.30 – 09.00

1

Jumlah = 3

Step Kedua
Jam
Merokok
Tidak Merokok
Jumlah rokok yang di konsumsi
12.00 – 12.30

1
12.30 – 13.00

1
13.00 – 13.30

1
13.30 – 14.00

1
14.00 – 14.30

1
14.30 – 15.00

1

Jumlah = 5

Step tiga
Jam
Merokok
Tidak Merokok
Jumlah rokok yang di konsumsi
20.00 – 20.30

0
20.30 – 21.00

0
21.00 – 21.30

1
21.30 – 22.00

0

Jumlah = 1

Kesimpulan yang didapat dari observasi ini ialah subyek ( observe ) termasuk dalam perokok ringan karena ia hanya mengonsumsi jumlah rokok 9 batang rokok dalam sehari.