INTELIGENSI MANUSIA
A.
Pengertian
Inteligensi Manusia
Inteligensi adalah salah satu
kemampuan mental, pikiran atau intelektual manusia. Inteligensi merupakan
bagian dari proses-proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi (higher
order cognition). Secara umum inteligensi sering disebut kecerdasan,
sehingga orang yang memiliki inteligensi yang tinggi sering disebut orang
cerdas atau jenius.
Para ahli belum ada kesatuan
pendapat tentang definisi inteligensi. Menurut Solso (1988), Inteligensi adalah
kemampuan memperoleh dan menggali pengetahuan; menggunakan pengetahuan untuk
memahali konsep-konsep konkret dan abstrak, dan menghubungkan di antara
objek-objek dan gagasan-gagasan; menggunakan pengetahuan dengan cara-cara yang
lebih berguna (in a meaningful way) atau efektif.
B.
Inteligensi sebagai Kemampuan
Nickerson, Perkins, dan Smith (dalam Solso, 1988) membuat
daftar kemampuan yang mereka percayai sebagai representasi dari inteligensi
manusia. Sebagai berikut:
- Kemampuan
Mengklasifikasikan Pola-pola Objek
Orang dengan inteligensi normal mampu mengenali dan
mengklasifikasikan stimulus-stimulus yang tidak identik ke dalam satu kelas
atau rumpun.
- Kemampuan
Beradaptasi (Kemampuan Belajar)
Kemampuan belajar dan memodifikasi perilaku agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan merupakan hal yang penting bagi inteligensi
manusia.
- Kemampuan
Menalar secara Deduktif
Orang yang inteligen mampu menarik kesimpulan tertentu
berdasarkan premis-premis yang mendahului.
- Kemampuan
Menalar secara Induktif
Penalaran Induktif meminta seseorang menarik kesimpulan di
balik informasi yang diberikan atau terbatas. Penalaran ini meminta seseorang
untuk menemukan aturan-aturan atau prinsip-prinsip tertentu berdasarkan
contoh-contoh khusus.
- Kemampuan
Mengembangkan dan Menggunakan Konsep
Meliputi bagaimana seseorang membentuk suatu kesan-pemahaman
mengenai cara-cara suatu objek bekerja atau berfungsi, dan bagaimana
menggunakan model itu untuk memahami dan menginterpretasi kejadian-kejadian.
- Kemampuan
Memahami
Berkaitan dengan kemampuan melihat adanya hubungan atau
relasi dalam suatu permasalahan, dan kegunaan-kegunaan hubungan ini bagi
pemecahan masalah itu. Keabsahan kemampuan memahami ini merupakan bagian yang
menonjol di dalam tugas-tugas pada tes inteligensi.
C.
Karakteristik Perilaku Inteligen
Wechsler (1975), ada tiga karakteristik perilaku inteligen (intelligent
behavior).
1) Adanya kesadaran (condition
of awareness).
Orang menyadari tindakan-tindakannya dan cara-cara yang
ditempuh, hal ini berbeda dengan perilaku instink dan reflek.
2) Perilaku inteligen selalu
mempunyai tujuan atau diarahkan pada sasaran tertentu (goal directed),
bukan dilakukan secara acak (random).
3) Perilaku inteligen adalah
rasional; kemampuan untuk berpikir logis dan konsisten, sehingga dapat dipahami.
4) Perilaku inteligen harus
memiliki nilai (makna) dan kegunaan, paling sedikit hal ini menurut kesepakatan
pendapat kelompok.
Sternberg (1985), melakukan penelitian kepada 200 objek
penelitian dan kepada mereka diberikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan
dengan beberapa karakteristik perilaku inteligen. Dan hasilnya karakteristik
perilaku inteligen dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu:
- Dimensi
1. Kemampuan memecahkan masalah praktis
- Cenderung
melihat kesinambungan tujuan dan menyelesaikannya.
- Mampu
membedakan dengan baik antara jawaban yang benar dan yang salah.
- Memiliki
kemampuan memecahkan masalah dengan baik.
- Memiliki
kemampuan mengubah arah dan menggunakan prosedur yang lain.
- Memiliki
rasionalitas: kemampuan menalar secara jernih.
- Mampu
menerapkan pengetahuan untuk masalah-masalah khusus.
- Memiliki
kemampuan yang unik dalam memandang suatu maslah atau situasi dan
memecahkannya.
- Memiliki
pikiran yang logis.
- Dimensi
2. Keseimbangan dan integrasi intelektual
- Memiliki
kemampuan untuk mengorganisasikan adanya kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan.
- Membuat
hubungan-hubungan dan perbedaan-perbedaan antara berbagai gagasan dan
segala hal.
- Mendengarkan
(memperhatikan) semua segi dari suatu issue.
- Mampu
memahami gagasan-gagasan yang abstrak dan memfokuskan pikirannya kepada
gagasan-gagasan itu.
- Mampu
melihat segala hal dan menemukan benang merahnya.
- Cepa
mengerti atau tanggap terhadap suatu persoalan.
- Memiliki
kemampuan untuk mengintegrasikan informasi.
- Memiliki
kemampuan untuk memahami situasi-situasi yang kompleks.
- Dimensi
3. Inteligensi konstektual
- Belajar,
mengingat, dan memperoleh informasi dari kesalahan-kasalahan dan
keberhasilan-keberhasilan masa lalu.
- Memiliki
kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungannya.
- Mengetahui
apa yang harus dilakukan di dalam kehidupan ini.
Sternberg menyimpulkan bahwa sebenarnya orang-orang yang
telah memiliki teori mengenai perilaku-perilaku yang dianggap inteligen atau
cerdas yang disebut informal theory of intelligence (teori informal
tentang inteligensi).
D.
Teori Kognitif
Stenberg (1985) menggunakan teori komponen berdasarkan alur
proses-proses kognitif yang terlibat di dalamnya. Teori komponen ini sering
disebut teori pemrosesan informasi. Menurut teori Stanberg, inteligensi dapat
dianalisis kedalam lima komponen: metakomponen, komponen performansi, komponen
akuisisi, dan komponen transfer. Komponen-komponen ini merupakan langkah
–langkah yang harus ditempuh seseorang agar ia dapat memecahkan masalah.
· Metakomponen adalah proses pengendalaian yang
terletak pada urutan yang lebih tinggi yang digunakan untuk melaksanakan
rencana, memonitor, dan mengevaluasi kerja di dalam suatu tugas. Metakomponen
menunjuk pada pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang bagaimana memecahkan
suatu masalah. Oleh karena metakomponen merupakan suatu dasar bagi begitu
banyak tugas-tugas intelektual yang beraneka ragam, Stanberg menganggap bahwa
komponen ini terkait dengan inteligensi umum manusia.
Metakomponen meliputi: 1) Mengenali (recognisi) bahwqa suatu
permasalahan muncul. 2) mengenali hanya pada hakekat masalah. 3) memilih
seperangkat urutan yang lebih rendah atau komponen bukan eksekusi bagi kinerja
dalam suatu tugas. 4) memilih strategi untuk mengerjakan tugas,
mengkombinasikan komponen-komponen pada urutan lebih rendah. 5) memilih salah
satu atau lebih mengenai representasi mental tentang informasi. 6) memutuskan
bagaimana mengalokasikan sumber-sumber perhatian. 7) memonitor atau memantau
jalur yang ditempuh kinerja tugas, apa yang telah dilakukan, dan yang perlu
dilakukan. 8) memahami umpan balik internal dan eksternal berkaitan dengan
kualitas kinerja dalam tugas. 9) Mengetahui bagaimana tindakan atas umpan balik
yang diterima itu dan berakhir. 10) mengimplementasikan tindakan sebagai hasil
dari umpan balik itu.
Komponen kinerja adalah proses-prose pada urutan lebih
rendah yang digunakan untuk melaksanakan berbagai strategi bagi kinerja dalam
tugas. Tiga contoh komponen-komponen ini adalah: 1) enconding terhadap
suatu stimulus. 2) inferring (penarikan kesimpulan) mengenai
hubungan-hubungan antara dua stimulus yang serupa pada bagian-bagian tertentu
dan berbeda pada bagian-bagian lainnya. 3) applying (penerapan)
kesimpulan itu terhadap situasi baru.
· Komponen- komponen perolehan
pengetahuan
Komponen- komponen perolehan pengetahuan adalah proses-
proses yang terlibat dalam mempelajari informasi baru dan penyimpanannya di
dalam ingatan. Koponen ini meliputi :
- Selective
encoding (pemberin kode secara selektif), yaitu informasi baru yang
relevan diambil atau dipisahkan dari informasi baru yang tidak relevan.
- Selective
combination , yatiu informasi yang telah diberi kode secara selektif
kemudian dikombinasikan menurut cara- cara tertentu untuk memaksimalkan
hubungan.
- Selective
comparison, yaitu apa yang telah dikombinasikan itu lalu dihubungkan
dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatan, untuk
memaksimalkan hubungan struktur pengetahuan yang sebelumnya sudah
dibentuk.
Ketiga komponen itu saling berintekasi untuk mencapai
pemecahan masalah atau tujuan lain, dan dapat digambarkan interaksinya melalui
empat cara yaitu:
- Diaktifkan
langsung oleh komponen lain
- Diaktifkan
secara tidak langsung oleh komponen lain melalui perantara komponen ketiga
- Umpan
balik langsung diberikan oleh komponen lain
- Umpan
balik tidak langsung diberikan kepada suatu komponen terhadap yang
lain melalui perantara komponen ketiga.
Menurut Stenberg diajukan enam sumber pertanyaan individu
dalam memproses informasi
- Komponen
- Aturan
kombinasi untuk komponen
- Urutan
proses komponen
- Model
proses komponen
- Waktu
komponen atau akurasi
- Representasi
mental pada tindakan komponen
Masih menurut pandangan kognitif Stenberg , 1985a kemampuan-
kemampuan mental atau inteligensi manusia meliputi :
- Kemampuan
verbal- pemahaman dan kelancaran verbal (bahasa)
- Kemampuan
kuantitatif- berhitung, komputasi, dan pemecahan masalah
- Kemampuan
belajar- pembentukan konsep, menggunakan pengetahuan dan transfer jarak
jauh
- Kemampuan
penalaran induktif- analogi dan generalisasi
- Kemampuan
penalaran deduktif- silogisme kategorik, silogisme linier, dan penalaran
kondusional
- Kemampuan
ruang (spatial ability)- orientasi ruang, hubungan- hubungan keruangan dan
visuaisasi ruang
Inteligensi menurut senberg ini tidak terlalu berbeda dengan
apa yang dikemukakan oleh Nickerson, Perkins dan Smith, perbedaan yang paling
penting adalah kemampuan kuantitatif dan kemampuan ruang.
E.
Teori inteligenesi majemuk (multiple intelligences)
Teori ini dikembangkan oleh Howard Gadner pada awal tahun
1980-an. Ia tidak puas dengan model kecerdasan tunggal yang didasari oleh
konsep IQ (intelligent quotient) yang secara traditional dipegang teguh.
Sebelum mengembangkan teorinya, Garner (2003) telah melakukan serangkaian
penelitian dan pengamatan tehadap orang- orang normal dan tidak normal. Berdasarkan
hasil penelitian tersebutlah dikembangkan teori inteligensi majemuk (multiple
intelligences). Menurut Gardner inteligensi didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah dan menciptakan produk (karya).
Dalam teorinya ia mengemukakan, paling sedikit tujuh jenis inteligensi atau
kecerdasan yang dimiliki manusia secara alami.
- Inteligensi
bahasa (verbal or linguistic intelligence)
Inteligensi bahasa adalah kemampuan memaanipulasi kata- kata
di dalam bentu lisan dan tulisan, misalnya membuat puisi.
2. Inteligensi matematika- logka
(mathemaical- logical intelligence)
Kemampuan memanipulasi sistem- sistem angka dan konsep-
konsep menurut logika, disamping juga ilmu pengetahauan.
3. Inteligensi ruang (space
intelligence)
Kemampuan untuk melihat dan memanipulasi pola- pola dan
rancangna- rancangan.
4. Inteligensi gerak tubuh (bodily-
kinesthetic intelligence)
Kemampuan untuk menggunakan tubuh dan gerak.
5. Inteligensi intrapersonal
Kemampuan untuk memahami perasaan- perasaan sendiri, refleksi
pengetahuan batin dan filosofinya.
6. Inteligensi interpersonal
Kemampuan memahami orang lain, pikiran maupun perasaan-
perasaannya.
F. Penerapan
Inteligensi Majemuk dalam Ranah Pendidikan
Saat
ini sudah banyak sekali sistem pembelajaran disekolah mengenal kegiatan
studytour. Dimana kegiatan belajar mengajar berada diluar kelas, informasi yang
didapat pun bukan hanya diperoleh dari gurunya saja melainkan mendapat
informasi baru dari dunia luar yang baru. Banyak dari para pendidik sekarang
mengunakan metode dimana siswa harus berperan aktif dalam proses belajarnya.
Contoh yang dapat kami gambarkan adalah ketika kami adalah seorang
pendidik mengajarkan ekonomi tentang
Hukum permintaan
pasar (Law of Supply and Demand ), maka siswa
diharapkan membaca materi yang akan disampaikan (kegiatan berikut merupakan
tahap Linguistic). Tahap berikutnya siswa Mempelajari formula matematika untuk
mengetahui perhitungan tentang banyaknya permintaan atau supply (kegiatan
berikut merupaka tahap LogicalMathematical). membuat grafik yang mengilustrasikan
hukum permintaan tersebut (Visual – Spatial). mengamati / mengobservasi secara
langsung dipasar (Naturalist). mengamati sistem perdagangan yang dilakukan oleh
orangorang pada umumnya (Interpersonal).
Dalam
menerapkan Multiple Intelligences di dalam proses pengajaran dapat dilakukan
melalui beberapa cara, di antaranya dengan menggunakan musik untuk
mengembangkan Musical Intelligence, belajar kelompok untuk mengembangkan
Interpersonal Intelligence, aktivitas seni untuk mengembangkan Visual-Soatial
Intelligence, role play untuk mengembangkan Bodily-Kinesthetic Intelligence,
perjalanan ke lapangan (Field Trips) untuk mengembangkan nature Intelligence,
menggunakan Multimedia, refleksi diri untuk megembangkan Intra personal Intelligence,
dan lain-lain.
Namun
yang perlu kami tekankan disini adalah Pengajaran satu materi tidak perlu harus
menggunakan ke Sembilan kecerdasan secara serentak. Pilihlah kecerdasan yang
sesuai dengan konteks pembelajaran itu sendiri.
G. Manfaat
Penerapan Multipel Inteligensi
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila
menerapkan Multiple Intelligence di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan.
1. Kita dapat menggunakan kerangka Multiple
Intelligences dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang
bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik,
melihat suatu pertunjukan. Dapat menjadi ‘pintu masuk’ yang vital ke dalam
proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses
belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika
aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
2. Dengan menggunakan Multiple Intelligences. Anda
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat,
dan talentanya.
3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin
meningkat di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi
karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota
masyarakat.
4. Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang
kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan
suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang ‘spesialis’.
5. Pada saat Anda ‘mengajar untuk memahami’ , siswa
akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan
untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
H.
Peran Inteligensi bagi kehidupan manusia
Sejak 100 tahun yang lalu “inteligensi umum” (general
intelligence) pertamakali diperkenalkan oleh Spearman pada tahun 1904
sampai sekarang, inteligensi (IQ) masih dianggap relevan ketika orang hendak
membicarakan tentang kemampuan mental umum (GMA – General Mental Ability or
Cognitive ability). Inteligensi merupakan sesuatu yang sangat berguna untuk
memahami manusia secara utuh (Whole Person). Setelah berkembang
psikologi modern – positive psychology – maka sangat pentng bagi
ahli-ahli psikologi memanhami psikologi umum. Untuk memelihara kreativitas dan
bentuk-bentuk optimal perkembangan psikologis manusia pada umumnya (Lubinski,
2004). Selain itu, inteligensi umum juga berperan penting dalam pencapaian
kualitas hidup atau kesehatan dan kesuksesan seseorang di dalam dunia karir
serta akademik.
Pandangan tersebut didasarkan pada hasil-hasil penelitian
selama ini yang dihimpun oleh para penulis dalam artikel-artikel edisi khusus (Journal
of Prsonality and Social Psychology, Volume 86, 2004), guna memperingati
satu abad (100 tahun) setelah Spearman memperkenalkan inteligensi umum sebagai
kemampuan kognitif manusia.
Secara umum hasil penelitian itu menunjukkan peran penting
inteligensi umum (G-factor, seperti yang diukur melalui tes-tes inteligensi
umum) di dalam pencapaian karir, kinerja jabatan, kreativitas, prestasi
akademik, dan kualitas kesehatan seseorang. Misalnya, hasil-hasil penelitian
yang dihimpun oleh Schmidt dan Hunter (2004) menunjukkan bahwa inteligensi umum
(GMA – General Mental Ability) dapat memprediksi penacapaian jabatan dan
kinerja sseseorang dalam dunia kerja. Disamping itu, hasil-hasil penelitian
tersebut juga menunjukkan bahwa, inteligensi umum (GMA) berkorelasi lebih
tinggi dengan kinerja jabatan daripada bakat atau kemampuan khusus.
Gambar dibawah menyajikan sebagian dari hasil penelitian
tersebut.
hubungan antara kemampuan mental umum (GMA-inteligensi),
pengetahuan jabatan, kinerja jabatan, dan penilaian supervisor pada jabatan
sipil dan militer.
Juga, hasil-hasil dari penelitian yang dihimpun oleh Kunoel,
Hezlett, dan Ones (2004) yang menggunakan militer analogies test (MAT)
menunjukkan bahwa inteligensi umum merupakan prediktor yang handal bagi
prestasi akademik, potensi karir, kreativitas, dan kinerja seseorang. Dengan
demikian, inteligensi sebagai kemampuan kognitif atau intelektual merupakan
suatu yang esensial bagi keberhasilan hidup manusia.
Selain itu, inteligensi juga berpengaruh terhadap kualitas
kesehatan seseorang dan hidup pada umumnya. Hasil-hasil penelitian yang
dihimpun oleh Deary, dkk (2004) menunjukkan bahwa inteligensi (yang diukur)
ketika usia anak-anak dapat menjadi prediktor yang handal bagi kualitas
kesehatan mereka ketika pada usia tua dan kematian. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa anak-anak yang memiliki inteligensi (IQ) tinggi, ketika
memasuki usia tua cenderung memiliki kesehatan lebih baik dan berumur lebih
panjang apabila dibandingkan dengan mereka yang memiliki inteligensi rendah.
I.
Dukungan Neurosains Kognitif
Dukungan neurosains kognitif pada intelegensi,
neourosains kognitif telah melakukan penjelajahan otak, yang menyimpulkan Otak adalah organ yang berfungsi
secara tepat karenanya, otak yang inteligen & terlatih akan
menggunakan glukosa dalam jumlah sedikit. Dari situ
lah menghasilkan penelitian
• GMR
(glucose metabolic rate) otak pada orang yang memiliki skor tinggi dalam tes
abstrak lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol.
•
Menunjukkan: jenis inteligensi
yang efisien dalam pemecahan masalah.
• Haier, dkk à
model inteligensi yang efisien, yaitu inteligensi dipandang dari seberapa
efisien otak bekerja.
• Haier,
Siegel, Tang, Abel, & Buchsbaum (1992) à
eksperimen ‘Tetris’ à menyusun standar untuk tes inteligensi (RPMS dan
WAIS).
• Hasil
penelitian: ada hubungan antara perubahan pada GMR dengan skor inteligensi à
mendukung teori efisiensi.
• Charles Spearman
mengembangkan konsep awal inteligensi umum à dikembangkan lagi oleh John Duncan
(2000): mengukur inteligensi spasial dan inteligensi verbal dengan meneliti
lapisan luar otak bagian depan saat seseorang melakukan bermacam aktivitas
kognitif.
Dengan
adaanya dukungan neourosains kognitif pula lah intelegensi mengenal istilah Kecerdasan
Buatan (artificial intelligence) merupakan inovasi baru di bidang ilmu
pengetahuan. Menurut H.A.Simon [1987]:
”Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan kawasan penelitian,
aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan
hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas”.
Kecerdasan buatan dilihat dari berbagai sudut pandang
adalah sebagai berikut :
1. Sudut pandang Kecerdasan (Intelligence)
Kecerdasan buatan adalah bagaimana membuat mesin yang
“cerdas” dan dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya dapat dilakukan oleh
manusia.
2. Sudut pandang Penelitian
Studi bagaimana membuat agar komputer dapat melakukan
sesuatu sebaik yang dilakukan oleh manusia.
3. Sudut pandang Bisnis
Kumpulan peralatan yang sangat powerful dan
metodologis dalam menyelesaikan masalah-masalah bisnis.
4. Sudut pandang Pemrograman (Programming)
Kecerdasan buatan termasuk didalamnya adalah studi
tentang pemrograman simbolik, pemecahan masalah, proses pencarian (search)
Casino - Harrah's Cherokee, NC - MapYRO
BalasHapusCasino Near Harrahs Cherokee, NC. Casino Address, 777 Casino 충청북도 출장안마 Drive, Cherokee, North Carolina 28719. Phone Number, 춘천 출장마사지 (888) 898-2976, 문경 출장마사지 Toll 용인 출장샵 Free: 나주 출장마사지 846-7673.