I.
Pendahuluan
Thorndike adalah
ilmuwan psikologi yang membahas tentang bagaimana proses belajar yang terjadi
pada individu. Dengan melalui exsperimen nya thorndike meneliti tingkah beberapa jenis hewan seperti
kucing, anjing, dan burung. Yang mencerminkan prinsip dasar dari proses
belajar yang dianut oleh Thorndike yaitu bahwa dasar dari belajar
(learning) tidak lain sebenaranya adalah asosiasi, suatu stimulus akan
menimbulkan suatu respon tertentu.
II.
Tujuan Pembelajaran
1.
Mengetahui bagaimana teori belajar thorndike
2.
Diharapkan mahasiswa memahami kelebihan dari
teori belajar thorndike
III.
Metode Pembelajaran
1.
Diskusi kelompok
2.
Presentasi kelompok
3.
Evaluasi hasil presentasi
IV.
Sub Tema
1.
Biografi Edward Lee Thorndike
2.
Konsep teoritis utama
3.
Thorndike sebelum 1930
4.
Thorndike pasca 1930
5.
Daftar pustaka
V.
Uraian Materi
1.
Biografi Edward Lee Thorndike
Thorndike lahir pada 1874 di Wiliamsburg,Massachuttes,
putra kedua dari seorang pendeta Methodis. Dia mengatakan belum perna mendengar
atau melihat kata psikologi. Thorndike
berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika.
Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan
meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara
lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements(1904), Animal
Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921), Your
City(1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Edward lee thorndike meski secara teknis
seorang fungsionalis, namun ia telah membentuk tahapan behaviorisme Rusia dalam
versi Amerika. Thorndike (1874-1949) mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan
University di Connecticut pada tahun 1895, dan Master dari Hardvard pada tahun
1897. Ketika disana, dia mengikuti kelasnya Williyams James dan merekapun cepat
menjadi akrab. Dia menerima beasiswa di Colombia, dan mendapatkan gelar PhD-nya
tahun 1898. Kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pension pada
tahun 1940. Dan dia menerbitkan suatu buku yang berjudul
“Animal intelligence, An experimental study of associationprocess in
Animal”.
2.
Konsep teoritis utama
2.1
Koneksionisme
Thorndike
menyebut asosiasi antara kesan dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan /
kaitan atau koneksi. Cabang – cabang asosiasionisme sebelumnya telah berusaha
menunjukkan bagaimana ide-ide menjadi saling terkait. Teori thorndike cukup
berbeda dan dapat dikatakan sebagai teori belajar modern pertama.
2.2 Pemilihan dan Pengaitan
Menurut
Thorndike bentuk paling dasar dari proses belajar adalah trial-and-eror learning ( belajar uji coba ), atau disebut juga
sebagai selecting and connecting ( pemilihan dan pengaitan ). Dia mendapatkan
ide dasar melalui eksperimen awalnya, dengan memasukkan kucing sebagai hewan
percobaanya yang dimasukkan di dalam box yang sudah di rancang demikian
rupa. Box ini disebut dengan puzzle box.
Gambar 2.1 puzzle box
Gambar 2.1 yakni sebuah kotak kerangkeng kecil dengan satu
galah yang diletakkan di tengah atau sebuah rantai yang digantung dari atas.
Hewan dapat keluar dengan mendorong galah atau menarik rantai tersebut. Namun
ada tata situasi yang mengharuskan hewan melakukan respon yang komplek sebelum
ia keluar dari kotak. Dari exsperimen ini throndike menyebut waktu yang
dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai fungsi dari jumlah kesempatan
yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan masalah.untuk itu thorndike
konsisten dalam mencatat waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
Hasil dari
pencatatan waktu untuk mendapatkan solusi untuk memecahkan masalah, Thorndike
menyimpulkan bahwa belajar bersifat incremental/ bertahap, bukan insightful (
langsung pada pengertian ). Dengan kata lain belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam langkah kecil secara bertahap dan sistematis, bukan langsung
memahami pengertian mendalam. Berdasar kan risetnya Thorndike (1898) dalam B.R
Hergenhan (2008). Menyimpulkan bahwa belajar bersifat langsung dan tidak
dimediasi oleh pemikiran atau penalaran.
3. Thorndike Sebelum 1930
Pemikiran thorndike dibagi menjadi dua bagian pertama adalah
pemikiran sebelum tahun 1930 dan kedua pasca 1930.
3.1 Hukum kesiapan
Law of readiness (hukum kesiapan) Thorndike dalam B.R hergenhan (2008). Mengandung tiga
bagian ,yang diringkas sebagai berikut :
1. Apabila satu unit konduksi siap menyalurkan ( to conduct), maka penyaluran dengannya
akan memuaskan.
2. Apabila satu unit konduksi siap untuk menyalurkan, maka tidak
tersalurkan akan menjengkelkan.
3. Apabila satu unit konduksi belum siap menyalurkan dan dipaksa
untuk menyalurkan maka akan menjengkelkan.
Jadi sebenarnya readiness Throndike dalam Sumadi Suryabrata
(2008) adalah persiapan untuk bertindak,ready
to act. Throndike memberikan ilustrasi mengenai hukum tersebut demikian :
· Hewan mengejar mangsanya, siap untuk menerkam dan memakannya
· Seorang anak melihat sesuatu barang yang sangat menarik
dikejahuan,siap untuk menghampirinya,memegangnya dan mempermainkanya.
Secara umum kita bisa mengatakan bahwa mengintervensi
perilaku yang bertujuan akan menyebabkan frustasi, dan menyebabkan seseorang
untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan maka akan membuat
mereka frustasi.
3.2 Hukum Latihan
Sebelum 1930, teori throndike mencakup hukum law of exercise yang terdiri dari dua bagian
:
1. Koneksi antara stimulus dan respon akan menguat saat keduanya
dipakai. Dengan kata lain mereka melatih
koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respon akan
memperkuat koneksi antara keduanya. Bagian ini disebut dengaan law of use ( hukum pengunaan).
2. Koneksi antara situasi dan respon akan melemah apabila
praktik hubungan dihentikan atau tidak digunakan. Bagian ini disebut dengan law of disuse ( hukum ketidakgunaan)
Inti dari hukum latihan ini menyatakan bahwa kita belajar
dengan berbuat dan lupa karena tidak berbuat.
3.3 Hukum Efek
Hukum ini menunjukkan pada semakin kuat atau semakin lemahnya
koneksi sebagai akibat dari hasil perbuatan yang dilakukan. Apabila
disederhanakan, maka hukum ini akan dapat dirumuskan demikian: “suatu perbuatan
yang disertai atau diikuti oleh akibat yang enak (memuaskan/ menyenangkan)
cenderung untuk dipertahankan dan lain kali diulangi, sedang suatu perbuatan
yang disertai atu diikuti oleh akibat yang tidak enak (tidak menyenangkan)
cenderung untuk dihentikan dan lain kali tidak diulangi”
Throndike dalam sumadi suryabrata (2008) menjelaskan ketiga
hukum yang telah dikemukakan itu adalah hukum poko atau hukum primer. Thorndike
mengemukakan pula lima macam hukum-hukum subside atau hukum minor ( subsidiary
laws,minor laws) kelima hukum subside tersebut merupakan prinsip yan penting
dalam proses belajar,akan tetapi tidak sepenting hukum primer adapun kelima
hukum subside tersebut adalah :
1. Law of multiple respon
2. Law of attidute
3. Law of respon by analogy
4. Law of partical activity
5. Law of associative shifiting
4.
Thorndike pasca 1930
5.1
Revisi Hukum Latihan
Throndike dalam B.R hergenhan (2008) mengemukakan bahwa menghukum suatu respon ternyata tidak
ada efeknya terhadap kekuatan koneksi. Revisi hukum efek menyatakan bahwa
penguatan akan meningkatkan strength of connection ,sedangkan hukuman tidak
memberi pengaruh apa-apa terhadap kekuatan koneksi.
5.2 Belongingness
Throndike
mengamati bahwa dalam proses belajar asosiasi ada faktor selain kontinguritas
dan hukum efek . jika elemen-elemen dari asosiasi dimiliki bersama, asosiasi
diantara mereka akan dipelajari dan dipertahankan
5.3
penyebaran efek
sesudah tahun
1930, Thorndike menambahkan teoritis lainya yang disebut nya sebagai spread of
effect ( penyebaran efek ). Selama eksperimennya, throndike secara tak sengaja
menemukan bahwa keadaan yang memuaskan bukan hanya menambah probalitas
terulangnya respon yang mengasilkan keadaan memuaskan tersebut tetapi juga
meningkatkan probalitas terulangya respon yang mengitari respon yang diperkuat
itu.
Daftar pustaka
Sumadi,
Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.2008
B.R Hergenhahn&Matthew,
Theories Of Learning, Jakarta : Kencana, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar