Jumat, 03 Mei 2013

psikologi kognitif


INTELIGENSI MANUSIA
A.              Pengertian Inteligensi Manusia
Inteligensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual manusia. Inteligensi merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi (higher order cognition). Secara umum inteligensi sering disebut kecerdasan, sehingga orang yang memiliki inteligensi yang tinggi sering disebut orang cerdas atau jenius.
Para ahli belum ada kesatuan pendapat tentang definisi inteligensi. Menurut Solso (1988), Inteligensi adalah kemampuan memperoleh dan menggali pengetahuan; menggunakan pengetahuan untuk memahali konsep-konsep konkret dan abstrak, dan menghubungkan di antara objek-objek dan gagasan-gagasan; menggunakan pengetahuan dengan cara-cara yang lebih berguna (in a meaningful way) atau efektif.
B.    Inteligensi sebagai Kemampuan
Nickerson, Perkins, dan Smith (dalam Solso, 1988) membuat daftar kemampuan yang mereka percayai sebagai representasi dari inteligensi manusia. Sebagai berikut:
  • Kemampuan Mengklasifikasikan Pola-pola Objek
Orang dengan inteligensi normal mampu mengenali dan mengklasifikasikan stimulus-stimulus yang tidak identik ke dalam satu kelas atau rumpun.
  • Kemampuan Beradaptasi (Kemampuan Belajar)
Kemampuan belajar dan memodifikasi perilaku agar dapat beradaptasi dengan lingkungan merupakan hal yang penting bagi inteligensi manusia.
  • Kemampuan Menalar secara Deduktif
Orang yang inteligen mampu menarik kesimpulan tertentu berdasarkan premis-premis yang mendahului.

  • Kemampuan Menalar secara Induktif
Penalaran Induktif meminta seseorang menarik kesimpulan di balik informasi yang diberikan atau terbatas. Penalaran ini meminta seseorang untuk menemukan aturan-aturan atau prinsip-prinsip tertentu berdasarkan contoh-contoh khusus.
  • Kemampuan Mengembangkan dan Menggunakan Konsep
Meliputi bagaimana seseorang membentuk suatu kesan-pemahaman mengenai cara-cara suatu objek bekerja atau berfungsi, dan bagaimana menggunakan model itu untuk memahami dan menginterpretasi kejadian-kejadian.
  • Kemampuan Memahami
Berkaitan dengan kemampuan melihat adanya hubungan atau relasi dalam suatu permasalahan, dan kegunaan-kegunaan hubungan ini bagi pemecahan masalah itu. Keabsahan kemampuan memahami ini merupakan bagian yang menonjol di dalam tugas-tugas pada tes inteligensi.
C.    Karakteristik Perilaku Inteligen
Wechsler (1975), ada tiga karakteristik perilaku inteligen (intelligent behavior).
1)      Adanya kesadaran (condition of awareness).
Orang menyadari tindakan-tindakannya dan cara-cara yang ditempuh, hal ini berbeda dengan perilaku instink dan reflek.
2)      Perilaku inteligen selalu mempunyai tujuan atau diarahkan pada sasaran tertentu (goal directed), bukan dilakukan secara acak (random).
3)      Perilaku inteligen adalah rasional; kemampuan untuk berpikir logis dan konsisten, sehingga dapat dipahami.
4)      Perilaku inteligen harus memiliki nilai (makna) dan kegunaan, paling sedikit hal ini menurut kesepakatan pendapat kelompok.
Sternberg (1985), melakukan penelitian kepada 200 objek penelitian dan kepada mereka diberikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan beberapa karakteristik perilaku inteligen. Dan hasilnya karakteristik perilaku inteligen dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu:
  • Dimensi 1. Kemampuan memecahkan masalah praktis
  1. Cenderung melihat kesinambungan tujuan dan menyelesaikannya.
  2. Mampu membedakan dengan baik antara jawaban yang benar dan yang salah.
  3. Memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan baik.
  4. Memiliki kemampuan mengubah arah dan menggunakan prosedur yang lain.
  5. Memiliki rasionalitas: kemampuan menalar secara jernih.
  6. Mampu menerapkan pengetahuan untuk masalah-masalah khusus.
  7. Memiliki kemampuan yang unik dalam memandang suatu maslah atau situasi dan memecahkannya.
  8. Memiliki pikiran yang logis.
  • Dimensi 2. Keseimbangan dan integrasi intelektual
  1. Memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan adanya kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
  2. Membuat hubungan-hubungan dan perbedaan-perbedaan antara berbagai gagasan dan segala hal.
  3. Mendengarkan (memperhatikan) semua segi dari suatu issue.
  4. Mampu memahami gagasan-gagasan yang abstrak dan memfokuskan pikirannya kepada gagasan-gagasan itu.
  5. Mampu melihat segala hal dan menemukan benang merahnya.
  6. Cepa mengerti atau tanggap terhadap suatu persoalan.
  7. Memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan informasi.
  8. Memiliki kemampuan untuk memahami situasi-situasi yang kompleks.
  • Dimensi 3. Inteligensi konstektual
  1. Belajar, mengingat, dan memperoleh informasi dari kesalahan-kasalahan dan keberhasilan-keberhasilan masa lalu.
  2. Memiliki kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungannya.
  3. Mengetahui apa yang harus dilakukan di dalam kehidupan ini.
Sternberg menyimpulkan bahwa sebenarnya orang-orang yang telah memiliki teori mengenai perilaku-perilaku yang dianggap inteligen atau cerdas yang disebut informal theory of intelligence (teori informal tentang inteligensi).
D.    Teori Kognitif
Stenberg (1985) menggunakan teori komponen berdasarkan alur proses-proses kognitif yang terlibat di dalamnya. Teori komponen ini sering disebut teori pemrosesan informasi. Menurut teori Stanberg, inteligensi dapat dianalisis kedalam lima komponen: metakomponen, komponen performansi, komponen akuisisi, dan komponen transfer. Komponen-komponen ini merupakan langkah –langkah yang harus ditempuh seseorang agar ia dapat memecahkan masalah.
·       Metakomponen adalah proses pengendalaian yang terletak pada urutan yang lebih tinggi yang digunakan untuk melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kerja di dalam suatu tugas. Metakomponen menunjuk pada pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang bagaimana memecahkan suatu masalah. Oleh karena metakomponen merupakan suatu dasar bagi begitu banyak tugas-tugas intelektual yang beraneka ragam, Stanberg menganggap bahwa komponen ini terkait dengan inteligensi umum manusia.
Metakomponen meliputi: 1) Mengenali (recognisi) bahwqa suatu permasalahan muncul. 2) mengenali hanya pada hakekat masalah. 3) memilih seperangkat urutan yang lebih rendah atau komponen bukan eksekusi bagi kinerja dalam suatu tugas. 4) memilih strategi untuk mengerjakan tugas, mengkombinasikan komponen-komponen pada urutan lebih rendah. 5) memilih salah satu atau lebih mengenai representasi mental tentang informasi. 6) memutuskan bagaimana mengalokasikan sumber-sumber perhatian. 7) memonitor atau memantau jalur yang ditempuh kinerja tugas, apa yang telah dilakukan, dan yang perlu dilakukan. 8) memahami umpan balik internal dan eksternal berkaitan dengan kualitas kinerja dalam tugas. 9) Mengetahui bagaimana tindakan atas umpan balik yang diterima itu dan berakhir. 10) mengimplementasikan tindakan sebagai hasil dari umpan balik itu.
Komponen kinerja adalah proses-prose pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan berbagai strategi bagi kinerja dalam tugas. Tiga contoh komponen-komponen ini adalah: 1) enconding terhadap suatu stimulus. 2) inferring (penarikan kesimpulan) mengenai hubungan-hubungan antara dua stimulus yang serupa pada bagian-bagian tertentu dan berbeda pada bagian-bagian lainnya. 3) applying (penerapan) kesimpulan itu terhadap situasi baru.
·       Komponen- komponen perolehan pengetahuan
Komponen- komponen perolehan pengetahuan adalah proses- proses yang terlibat dalam mempelajari informasi baru dan penyimpanannya di dalam ingatan. Koponen ini meliputi :
  1. Selective encoding (pemberin kode secara selektif), yaitu informasi baru yang relevan diambil atau dipisahkan dari informasi baru yang tidak relevan.
  2. Selective combination , yatiu informasi yang telah diberi kode secara selektif kemudian dikombinasikan menurut cara- cara tertentu untuk memaksimalkan hubungan.
  3. Selective comparison, yaitu apa yang telah dikombinasikan itu lalu dihubungkan dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatan, untuk memaksimalkan hubungan struktur pengetahuan yang sebelumnya sudah dibentuk.
Ketiga komponen itu saling berintekasi untuk mencapai pemecahan masalah atau tujuan lain, dan dapat digambarkan interaksinya melalui empat cara yaitu:
  1. Diaktifkan langsung oleh komponen lain
  2. Diaktifkan secara tidak langsung oleh komponen lain melalui perantara komponen ketiga
  3. Umpan balik langsung diberikan oleh komponen lain
  4. Umpan balik  tidak langsung diberikan kepada suatu komponen terhadap yang lain melalui perantara komponen ketiga.
Menurut Stenberg diajukan enam sumber pertanyaan individu dalam memproses informasi
  1. Komponen
  2. Aturan kombinasi untuk komponen
  3. Urutan proses komponen
  4. Model proses komponen
  5. Waktu komponen atau akurasi
  6. Representasi mental pada tindakan komponen
Masih menurut pandangan kognitif Stenberg , 1985a kemampuan- kemampuan mental atau inteligensi manusia meliputi :
  1. Kemampuan verbal-  pemahaman dan kelancaran verbal (bahasa)
  2. Kemampuan kuantitatif- berhitung, komputasi, dan pemecahan masalah
  3. Kemampuan belajar- pembentukan konsep, menggunakan pengetahuan dan transfer jarak jauh
  4. Kemampuan penalaran induktif- analogi dan generalisasi
  5. Kemampuan penalaran deduktif- silogisme kategorik, silogisme linier, dan penalaran kondusional
  6. Kemampuan ruang (spatial ability)- orientasi ruang, hubungan- hubungan keruangan dan visuaisasi ruang
Inteligensi menurut senberg ini tidak terlalu berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Nickerson, Perkins dan Smith, perbedaan yang paling penting adalah kemampuan kuantitatif dan kemampuan ruang.

E.    Teori inteligenesi majemuk (multiple intelligences)
Teori ini dikembangkan oleh Howard Gadner pada awal tahun 1980-an. Ia tidak puas dengan model kecerdasan tunggal yang didasari oleh konsep IQ (intelligent quotient) yang secara traditional dipegang teguh. Sebelum mengembangkan teorinya, Garner (2003) telah melakukan serangkaian penelitian dan pengamatan tehadap orang- orang normal dan tidak normal. Berdasarkan hasil penelitian tersebutlah dikembangkan teori inteligensi majemuk (multiple intelligences). Menurut Gardner inteligensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah dan menciptakan produk (karya). Dalam teorinya ia mengemukakan, paling sedikit tujuh jenis inteligensi atau kecerdasan yang dimiliki manusia secara alami.


  1. Inteligensi bahasa (verbal or linguistic intelligence)
Inteligensi bahasa adalah kemampuan memaanipulasi kata- kata di dalam bentu lisan dan tulisan, misalnya membuat puisi.
2.     Inteligensi matematika- logka (mathemaical- logical intelligence)
Kemampuan memanipulasi sistem- sistem angka dan konsep- konsep menurut logika, disamping juga ilmu pengetahauan.
3.     Inteligensi ruang (space intelligence)
Kemampuan untuk melihat dan memanipulasi pola- pola dan rancangna- rancangan.
4.     Inteligensi gerak tubuh (bodily- kinesthetic intelligence)
Kemampuan untuk menggunakan tubuh dan gerak.
5.     Inteligensi intrapersonal
Kemampuan untuk memahami perasaan- perasaan sendiri, refleksi pengetahuan batin dan filosofinya.
6.     Inteligensi interpersonal
Kemampuan memahami orang lain, pikiran maupun perasaan- perasaannya.
F.     Penerapan Inteligensi Majemuk dalam Ranah Pendidikan
            Saat ini sudah banyak sekali sistem pembelajaran disekolah mengenal kegiatan studytour. Dimana kegiatan belajar mengajar berada diluar kelas, informasi yang didapat pun bukan hanya diperoleh dari gurunya saja melainkan mendapat informasi baru dari dunia luar yang baru. Banyak dari para pendidik sekarang mengunakan metode dimana siswa harus berperan aktif dalam proses belajarnya. Contoh yang dapat kami gambarkan adalah ketika kami adalah seorang pendidik  mengajarkan ekonomi tentang Hukum permintaan
pasar (Law of Supply and Demand ), maka siswa diharapkan membaca materi yang akan disampaikan (kegiatan berikut merupakan tahap Linguistic). Tahap berikutnya siswa Mempelajari formula matematika untuk mengetahui perhitungan tentang banyaknya permintaan atau supply (kegiatan berikut merupaka tahap LogicalMathematical). membuat grafik yang mengilustrasikan hukum permintaan tersebut (Visual – Spatial). mengamati / mengobservasi secara langsung dipasar (Naturalist). mengamati sistem perdagangan yang dilakukan oleh orangorang pada umumnya (Interpersonal).
            Dalam menerapkan Multiple Intelligences di dalam proses pengajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya dengan menggunakan musik untuk mengembangkan Musical Intelligence, belajar kelompok untuk mengembangkan Interpersonal Intelligence, aktivitas seni untuk mengembangkan Visual-Soatial Intelligence, role play untuk mengembangkan Bodily-Kinesthetic Intelligence, perjalanan ke lapangan (Field Trips) untuk mengembangkan nature Intelligence, menggunakan Multimedia, refleksi diri untuk megembangkan Intra personal Intelligence, dan lain-lain.
            Namun yang perlu kami tekankan disini adalah Pengajaran satu materi tidak perlu harus menggunakan ke Sembilan kecerdasan secara serentak. Pilihlah kecerdasan yang sesuai dengan konteks pembelajaran itu sendiri.
G.   Manfaat Penerapan Multipel Inteligensi
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila menerapkan Multiple Intelligence di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan.
1. Kita dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligences dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukan. Dapat menjadi ‘pintu masuk’ yang vital ke dalam proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
2. Dengan menggunakan Multiple Intelligences. Anda menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.
3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.
4. Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang ‘spesialis’.
5. Pada saat Anda ‘mengajar untuk memahami’ , siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

H.    Peran Inteligensi bagi kehidupan manusia
Sejak 100 tahun yang lalu “inteligensi umum” (general intelligence) pertamakali diperkenalkan oleh Spearman pada tahun 1904 sampai sekarang, inteligensi (IQ) masih dianggap relevan ketika orang hendak membicarakan tentang kemampuan mental umum (GMA – General Mental Ability or Cognitive ability). Inteligensi merupakan sesuatu yang sangat berguna untuk memahami manusia secara utuh (Whole Person). Setelah berkembang psikologi modern – positive psychology – maka sangat pentng bagi ahli-ahli psikologi memanhami psikologi umum. Untuk memelihara kreativitas dan bentuk-bentuk optimal perkembangan psikologis manusia pada umumnya (Lubinski, 2004). Selain itu, inteligensi umum juga berperan penting dalam pencapaian kualitas hidup atau kesehatan dan kesuksesan seseorang di dalam dunia karir serta akademik.
Pandangan tersebut didasarkan pada hasil-hasil penelitian selama ini yang dihimpun oleh para penulis dalam artikel-artikel edisi khusus (Journal of Prsonality and Social Psychology, Volume 86, 2004), guna memperingati satu abad (100 tahun) setelah Spearman memperkenalkan inteligensi umum sebagai kemampuan kognitif manusia.
Secara umum hasil penelitian itu menunjukkan peran penting inteligensi umum (G-factor, seperti yang diukur melalui tes-tes inteligensi umum) di dalam pencapaian karir, kinerja jabatan, kreativitas, prestasi akademik, dan kualitas kesehatan seseorang. Misalnya, hasil-hasil penelitian yang dihimpun oleh Schmidt dan Hunter (2004) menunjukkan bahwa inteligensi umum (GMA – General Mental Ability) dapat memprediksi penacapaian jabatan dan kinerja sseseorang dalam dunia kerja. Disamping itu, hasil-hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa, inteligensi umum (GMA) berkorelasi lebih tinggi dengan kinerja jabatan daripada bakat atau kemampuan khusus.
Gambar dibawah menyajikan sebagian dari hasil penelitian tersebut.
hubungan antara kemampuan mental umum (GMA-inteligensi), pengetahuan jabatan, kinerja jabatan, dan penilaian supervisor pada jabatan sipil dan militer.
Juga, hasil-hasil dari penelitian yang dihimpun oleh Kunoel, Hezlett, dan Ones (2004) yang menggunakan militer analogies test (MAT) menunjukkan bahwa inteligensi umum merupakan prediktor yang handal bagi prestasi akademik, potensi karir, kreativitas, dan kinerja seseorang. Dengan demikian, inteligensi sebagai kemampuan kognitif atau intelektual merupakan suatu yang esensial bagi keberhasilan hidup manusia.
Selain itu, inteligensi juga berpengaruh terhadap kualitas kesehatan seseorang dan hidup pada umumnya. Hasil-hasil penelitian yang dihimpun oleh Deary, dkk (2004) menunjukkan bahwa inteligensi (yang diukur) ketika usia anak-anak dapat menjadi prediktor yang handal bagi kualitas kesehatan mereka ketika pada usia tua dan kematian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak-anak yang memiliki inteligensi (IQ) tinggi, ketika memasuki usia tua cenderung memiliki kesehatan lebih baik dan berumur lebih panjang apabila dibandingkan dengan mereka yang memiliki inteligensi rendah.
I.      Dukungan Neurosains Kognitif
Dukungan neurosains kognitif pada intelegensi, neourosains kognitif telah melakukan penjelajahan otak, yang menyimpulkan Otak adalah organ yang berfungsi secara tepat  karenanya, otak yang inteligen & terlatih akan menggunakan glukosa dalam jumlah sedikit.  Dari situ lah menghasilkan penelitian
•    GMR (glucose metabolic rate) otak pada orang yang memiliki skor tinggi dalam tes abstrak lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol.
•     Menunjukkan:  jenis inteligensi yang efisien dalam pemecahan masalah.
•   Haier, dkk à model inteligensi yang efisien, yaitu inteligensi dipandang dari seberapa efisien otak bekerja.
•    Haier, Siegel, Tang, Abel, & Buchsbaum (1992) à  eksperimen ‘Tetris’ à menyusun standar untuk tes inteligensi (RPMS dan WAIS).
•    Hasil penelitian: ada hubungan antara perubahan pada GMR dengan skor inteligensi à mendukung teori efisiensi.
•    Charles Spearman mengembangkan konsep awal inteligensi umum à dikembangkan lagi oleh John Duncan (2000): mengukur inteligensi spasial dan inteligensi verbal dengan meneliti lapisan luar otak bagian depan saat seseorang melakukan bermacam aktivitas kognitif.
            Dengan adaanya dukungan neourosains kognitif pula lah intelegensi mengenal istilah Kecerdasan Buatan (artificial intelligence) merupakan inovasi baru di bidang ilmu pengetahuan. Menurut H.A.Simon [1987]: ”Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas”.
Kecerdasan buatan dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :
1. Sudut pandang Kecerdasan (Intelligence)
Kecerdasan buatan adalah bagaimana membuat mesin yang “cerdas” dan dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya dapat dilakukan oleh manusia.
2. Sudut pandang Penelitian
Studi bagaimana membuat agar komputer dapat melakukan sesuatu sebaik yang dilakukan oleh manusia.
3. Sudut pandang Bisnis
Kumpulan peralatan yang sangat powerful dan metodologis dalam menyelesaikan masalah-masalah bisnis.
4. Sudut pandang Pemrograman (Programming)
Kecerdasan buatan termasuk didalamnya adalah studi tentang pemrograman simbolik, pemecahan masalah, proses pencarian (search)




1 komentar:

  1. Casino - Harrah's Cherokee, NC - MapYRO
    Casino Near Harrahs Cherokee, NC. Casino Address, 777 Casino 충청북도 출장안마 Drive, Cherokee, North Carolina 28719. Phone Number, 춘천 출장마사지 (888) 898-2976, 문경 출장마사지 Toll 용인 출장샵 Free: 나주 출장마사지 846-7673.

    BalasHapus