Sabtu, 04 Mei 2013

teori belajar THRONDIKE


I.                 Pendahuluan
Thorndike adalah ilmuwan psikologi yang membahas tentang bagaimana proses belajar yang terjadi pada individu. Dengan melalui exsperimen nya thorndike meneliti tingkah  beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, dan burung. Yang mencerminkan  prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh Thorndike yaitu bahwa dasar dari belajar  (learning) tidak lain sebenaranya adalah asosiasi, suatu stimulus akan menimbulkan suatu respon tertentu.
II.               Tujuan Pembelajaran
1.      Mengetahui bagaimana teori belajar thorndike
2.      Diharapkan mahasiswa memahami kelebihan dari teori belajar thorndike

III.              Metode Pembelajaran

1.      Diskusi kelompok
2.      Presentasi kelompok
3.      Evaluasi hasil presentasi

IV.              Sub Tema
1.      Biografi Edward Lee Thorndike
2.      Konsep teoritis utama
3.      Thorndike sebelum 1930
4.      Thorndike pasca 1930
5.      Daftar pustaka

V.               Uraian Materi

1.      Biografi Edward Lee Thorndike
Thorndike lahir pada 1874 di Wiliamsburg,Massachuttes, putra kedua dari seorang pendeta Methodis. Dia mengatakan belum perna mendengar atau melihat kata psikologi. Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements(1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921), Your City(1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Edward lee thorndike meski secara teknis seorang fungsionalis, namun ia telah membentuk tahapan behaviorisme Rusia dalam versi Amerika. Thorndike (1874-1949) mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada tahun 1895, dan Master dari Hardvard pada tahun 1897. Ketika disana, dia mengikuti kelasnya Williyams James dan merekapun cepat menjadi akrab. Dia menerima beasiswa di Colombia, dan mendapatkan gelar PhD-nya tahun 1898. Kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pension pada tahun 1940. Dan dia menerbitkan suatu buku yang berjudul “Animal intelligence, An experimental study of associationprocess in Animal”. 

2.      Konsep teoritis utama
2.1   Koneksionisme
            Thorndike menyebut asosiasi antara kesan dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan / kaitan atau koneksi. Cabang – cabang asosiasionisme sebelumnya telah berusaha menunjukkan bagaimana ide-ide menjadi saling terkait. Teori thorndike cukup berbeda dan dapat dikatakan sebagai teori belajar modern pertama.
2.2  Pemilihan dan Pengaitan
            Menurut Thorndike bentuk paling dasar dari proses belajar adalah trial-and-eror learning ( belajar uji coba ), atau disebut juga sebagai selecting and connecting ( pemilihan dan pengaitan ). Dia mendapatkan ide dasar melalui eksperimen awalnya, dengan memasukkan kucing sebagai hewan percobaanya yang dimasukkan di dalam box yang sudah di rancang demikian rupa.  Box ini disebut dengan puzzle box.
http://suryapuspita.files.wordpress.com/2012/04/percobaan-thorndike.jpg?w=645
Gambar 2.1 puzzle box
Gambar 2.1 yakni sebuah kotak kerangkeng kecil dengan satu galah yang diletakkan di tengah atau sebuah rantai yang digantung dari atas. Hewan dapat keluar dengan mendorong galah atau menarik rantai tersebut. Namun ada tata situasi yang mengharuskan hewan melakukan respon yang komplek sebelum ia keluar dari kotak. Dari exsperimen ini throndike menyebut waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai fungsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan masalah.untuk itu thorndike konsisten dalam mencatat waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
            Hasil dari pencatatan waktu untuk mendapatkan solusi untuk memecahkan masalah, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar bersifat incremental/ bertahap, bukan insightful ( langsung pada pengertian ). Dengan kata lain belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dalam langkah kecil secara bertahap dan sistematis, bukan langsung memahami pengertian mendalam. Berdasar kan risetnya Thorndike (1898) dalam B.R Hergenhan (2008). Menyimpulkan bahwa belajar bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran.
3.     Thorndike Sebelum 1930
Pemikiran thorndike dibagi menjadi dua bagian pertama adalah pemikiran sebelum tahun 1930 dan kedua pasca 1930.
3.1  Hukum kesiapan
Law of readiness (hukum kesiapan) Thorndike  dalam B.R hergenhan (2008). Mengandung tiga bagian ,yang diringkas sebagai berikut :
1.     Apabila satu unit konduksi siap menyalurkan ( to conduct), maka penyaluran dengannya akan memuaskan.
2.     Apabila satu unit konduksi siap untuk menyalurkan, maka tidak tersalurkan akan menjengkelkan.
3.     Apabila satu unit konduksi belum siap menyalurkan dan dipaksa untuk menyalurkan maka akan menjengkelkan.
Jadi sebenarnya readiness Throndike dalam Sumadi Suryabrata (2008) adalah persiapan untuk bertindak,ready to act. Throndike memberikan ilustrasi mengenai hukum tersebut demikian :
·       Hewan mengejar mangsanya, siap untuk menerkam dan memakannya
·       Seorang anak melihat sesuatu barang yang sangat menarik dikejahuan,siap untuk menghampirinya,memegangnya dan mempermainkanya.
Secara umum kita bisa mengatakan bahwa mengintervensi perilaku yang bertujuan akan menyebabkan frustasi, dan menyebabkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan maka akan membuat mereka frustasi.
3.2  Hukum Latihan
Sebelum 1930, teori throndike mencakup hukum law of exercise yang terdiri dari dua bagian :
1.     Koneksi antara stimulus dan respon akan menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata lain  mereka melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respon akan memperkuat koneksi antara keduanya. Bagian ini disebut dengaan law of use ( hukum pengunaan).
2.     Koneksi antara situasi dan respon akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau tidak digunakan. Bagian ini disebut dengan law of disuse ( hukum ketidakgunaan)
Inti dari hukum latihan ini menyatakan bahwa kita belajar dengan berbuat dan lupa karena tidak berbuat.
3.3  Hukum Efek
Hukum ini menunjukkan pada semakin kuat atau semakin lemahnya koneksi sebagai akibat dari hasil perbuatan yang dilakukan. Apabila disederhanakan, maka hukum ini akan dapat dirumuskan demikian: “suatu perbuatan yang disertai atau diikuti oleh akibat yang enak (memuaskan/ menyenangkan) cenderung untuk dipertahankan dan lain kali diulangi, sedang suatu perbuatan yang disertai atu diikuti oleh akibat yang tidak enak (tidak menyenangkan) cenderung untuk dihentikan dan lain kali tidak diulangi”
Throndike dalam sumadi suryabrata (2008) menjelaskan ketiga hukum yang telah dikemukakan itu adalah hukum poko atau hukum primer. Thorndike mengemukakan pula lima macam hukum-hukum subside atau hukum minor ( subsidiary laws,minor laws) kelima hukum subside tersebut merupakan prinsip yan penting dalam proses belajar,akan tetapi tidak sepenting hukum primer adapun kelima hukum subside tersebut adalah :
1.     Law of multiple respon
2.     Law of attidute
3.     Law of respon by analogy
4.     Law of partical activity
5.     Law of associative shifiting

4.      Thorndike pasca 1930
5.1   Revisi Hukum Latihan
               Throndike dalam B.R hergenhan (2008) mengemukakan  bahwa menghukum suatu respon ternyata tidak ada efeknya terhadap kekuatan koneksi. Revisi hukum efek menyatakan bahwa penguatan akan meningkatkan strength of connection ,sedangkan hukuman tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap kekuatan koneksi.
5.2  Belongingness
Throndike mengamati bahwa dalam proses belajar asosiasi ada faktor selain kontinguritas dan hukum efek . jika elemen-elemen dari asosiasi dimiliki bersama, asosiasi diantara mereka akan dipelajari dan dipertahankan
5.3   penyebaran efek
sesudah tahun 1930, Thorndike menambahkan teoritis lainya yang disebut nya sebagai spread of effect ( penyebaran efek ). Selama eksperimennya, throndike secara tak sengaja menemukan bahwa keadaan yang memuaskan bukan hanya menambah probalitas terulangnya respon yang mengasilkan keadaan memuaskan tersebut tetapi juga meningkatkan probalitas terulangya respon yang mengitari respon yang diperkuat itu.
Daftar pustaka
Sumadi, Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.2008
B.R Hergenhahn&Matthew, Theories Of Learning, Jakarta : Kencana, 2008.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar